Meski bersaing pada Pemilu Presiden 2014, calon presiden Prabowo Subianto menganggap pasangan calon presiden dan calon wakil presiden, Joko Widodo dan Jusuf Kalla sebagai saudaranya.
"Saudara Joko Widodo adalah saudara saya juga, saudara Jusuf Kalla adalah senior saya yang saya hormati," kata Prabowo saat acara Deklarasi Kampanye Damai yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum di Hotel Bidakara, Jakarta, Selasa (4/6/2014).
Dalam kesempatan itu, Prabowo juga meminta agar para pendukung dan partai mitra koalisi yang tergabung ke dalam koalisi merah putih dapat menyelenggarakan pemilu yang bersih dan damai. Ia pun berjanji akan menghormati hasil pemilu presiden mendatang.
"Apabila mandat itu diterima saudara Joko Widodo dan Jusuf Kalla akan kami hormati. Apapun hasilnya, saudara Jokowi dan Jusuf Kalla adalah patriot bangsa," katanya.
Jokowi Tidak Basa-basi
Meski Prabowo penuh basa-basi memuji Jokowi dan JK, tidak demikian dengan Jokowi. Jokowi hanya menegaskan siap menerima apapun hasil Pilpres
2014.
"Semuanya kita serahkan kepada rakyat karena yang berdaulat
adalah rakyat. Kami berdua Joko Widodo dan Muhammad Jusuf Kalla
menghargai apa yang dikehendaki oleh rakyat," kata Jokowi.
Jokowi ingin Pilpres 2014 jauh dari kampanye hitam
dan intimidasi. Dia ingin demokrasi yang dibangun dengan tujuan
mensejahterakan rakyat.
"Ada dua hal, dua tahapan yang akan kita
lalui. Yaitu tanggal 4 Juni sampai tanggal 5 Juli yaitu proses kampanye
dan kita berharap agar di dalam kampanye ini semuanya merasa gembira
karena demokrasi yang akan kita jalankan adalah demokrasi yang akan
mensejahterakan bukan demokrasi yang akan mencelakakan," kata Jokowi.
Jokowi lantas menyelipkan sedikit humor ringan soal kata dua. Jokowi memang capres nomor urut dua di Pilpres 2014 nanti.
"Kedua
pada 9 Juli nanti kita akan melakukan pencoblosan. Calon presiden, dua
calon presiden dan dua calon wakil presiden," katanya. [agna]
Saya setuju dan insya Allooh Pak Prabowo berbicara tulus adanya. Maaf, jangan berburuk sangka terhadap niat baik orang lain dan jangan lebai (fasik atau naif ?) dengan menganggap pilpres ini sebagai perang besar (Karno Prabowo vs Arjuno Jokowi pada perang Bharatayudha atau umat "muslimin" vs "musyrikin" pada perang Badar/Uhud). Tidak ada lawan ataupun kawan karena semua bersaudara ... putra terbaik bangsa yang akan membawa kebaikan dan kemajuan bangsa (secara bersama). Pak Prabowo secara tersirat mengajarkan (tepatnya mengarahkan) kita (terutama pak Jokowi ) tentang sikap kenegarawanan ..... bukan hanya keahlian bertindak/ berbicara serta kebaikan berpribadi/ berprilaku namun juga terutama kearifan berpandangan dalam dimensi keseluruhan (kebijaksanaan yang diberkahi Tuhan dan membawa kebaikan bangsa/kemajuan negeri ini .... bukan "kebijaksinian" saja untuk sekedar membenarkan dangkalnya kepentingan pemenangan pilpres semata agar bisa berbangga dan berkuasa ). Nobody but God is perfect. Tampaknya Pak Jokowi kurang tanggap (resah/gugup?) pada acara silaturahim deklarasi itu (bukan deklamasi, lho pak). Kecepatan memang diperlukan tetapi ketepatan harus diutamakan jika kehebatan yang diharapkan. Utamakan keberkahan Tuhan daripada sekedar kesuksesan belaka karena bangsa besar ini perlu media negarawan tidak sekedar figur pemenang, Setiap kubu - jika disimak - sesungguhnya memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing (bukan hanya saat ini namun juga nantinya). Bersegera untuk perbaikan/kemajuan atau menunda untuk kebaikan/keamanan .... kita serahkan saja kepada Haq Tuhan melalui hak rakyat untuk menentukan sikapnya secara dewasa.
BalasHapus