Para aktivis Relawan Pembela Demokrasi (Repdem), organisasi sayap PDI
Perjuangan (PDIP), menurunkan spanduk provokatif yang mencoba memecah
belah internal partai itu.
Spanduk yang dicopot bertuliskan "Harga Mati Megawati Presiden",
diturunkan di dua lokasi. Yakni di jembatan penyeberangan dekat gedung
KPK, Kuningan, dan di perempatan Pancoran.
Ketua DPN Repdem, Masinton Pasaribu, menyatakan spanduk tersebut
dipastikan bukan dipasang oleh Kader PDI Perjuangan. Karena segenap
Kader PDI Perjuangan taat dan setia pada keputusan Partai dan Megawati
Soekarnoputri sebagai Ketua Umum PDI Perjuangan.
"Yang dengan tegas menginstruksikan pemenangan Calon Presiden Joko
Widodo yang telah dimandatkan oleh Ibu Ketua Umum," tegas Masinton di
Jakarta, Senin (5/5/2014).
Repdem mensinyalir bahwa spanduk provokatif dan memecah belah
internal PDIP dipasang oleh lawan-lawan politik yang tidak menghendaki
Jokowi menang sebagai Presiden RI.
Dia melanjutkan, pada masa Orde Baru, politik pecah belah kerap
dilakukan sebagai upaya melanggengkan kesinambungan rezim yang
antidemokrasi. Dan sekarang, kata Masinton, cara-cara lama ala Orde Baru
coba dilakukan untuk memecah belah kesolidan PDI Perjuangan dalam
memenangkan Pencapresan Jokowi.
"Dan kami pastikan itu tidak akan berhasil," imbuhnya.
"Politik adu domba atau pecah belah yang dilakukan oleh anasir-anasir
Orde Baru mereka praktikkan pada PPP, dan yang sekarang juga sedang
dilakukan terhadap Partai Hanura."
Repdem menyerukan agar kelompok yang tidak menghendaki Jokowi
memenangkan pemilihan presiden agar mengedepankan politik yang edukatif,
beretika, tidak intimidatif dan tidak memprovokasi PDIP. Dia menekankan
cara-cara lama politik pecah belah ala orde baru harus diakhiri.
"Politik harus mengedepankan Ide, gagasan dan komitmen, bukan dengan
menebar ketakutan, amarah apalagi kebencian," kata Masinton Pasaribu. [beritasatu]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar