Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) mengamati elektabilitas dua kandidat kuat capres Prabowo Subianto dan Joko Widodo (Jokowi). Dalam hasil temuannya, Jokowi terus merosot lima bulan terakhir, sementara Prabowo terus naik jelang pilpres.
Politikus senior PDIP Pramono Anung mengakui turunnya elektabilitas Jokowi. Namun, dia menegaskan anjloknya pamor Jokowi tidak terlalu signifikan.
"Pelemahan kecil sekali dan di bawah margin. Saya membaca survei itu, Pak Jokowi dipasangkan dengan siapa saja masih menang," ujar Pramono kepada wartawan di Gedung DPR, Jakarta, Senin (5/5/2014).
Lebih lanjut, Pramono menambahkan, turunnya elektabilitas Jokowi dalam bursa capres bukan tanpa sebab. "Kenapa ada penurunan, karena enggak ada gerakan dari Pak Jokowi setelah pileg," tegasnya.
Oleh karena itu, menurut Pramono, ke depannya Jokowi bakal diatur jadwalnya untuk turun dan keliling ke daerah-daerah. Seperti Kalimantan, Sumatera dan wilayah lainnya.
"Kami yakin akan meningkat kembali. Jokowi muncul karena keinginan masyarakat. Kalau dua tokoh dalam yang maju dalam Pilpres, saya yakin Pak Jokowi menang," tandasnya.
Sebelumnya diketahui, Peneliti Senior SMRC Sirajuddin Abbas mengatakan, apabila koalisi nanti dibangun hanya berdasarkan tiga poros, PDIP, Golkar dan Gerindra, maka kandidat yang bersaing kompetitif hanya Prabowo dan Jokowi. Menurut dia, perolehan suara Capres Golkar Aburizal Bakrie tidak pernah di atas perolehan partai yakni 15 persen.
Lebih jauh Abbas mengungkapkan, pada bulan Maret 2013, elektabilitas Jokowi naik dari 41 persen dan mencapai 51 persen di bulan Desember. Namun merosot tajam di bulan Februari menjadi 39 persen dan naik lagi di bulan maret menjadi 52 persen, kemudian turun jadi 47 persen di April 2014.
"Kenaikan Jokowi lebih rendah ketimbang Pak Prabowo, kalau dilanjutkan bisa naik terus dan bertemu mungkin di bulan Juli," ujar Abbas saat memaparkan hasil survei di Jakarta, Minggu (4/5).
Untuk Prabowo, kata dia, bulan Juni 2013 tingkat elektabilitas hanya 20 persen, namun di bulan April 2014 mencapai 32 persen. Sementara Ical, stagnan di kisaran 14 sampai 9 persen.
"Dalam lima bulan terakhir, dalam simulasi tiga calon, Prabowo cenderung menguat, Jokowi fluktuatif, cenderung stagnan atau sedikit melemah," tegas dia. [bal/merdeka]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar