Siapa calon wakil presiden yang akan mendampingi Joko Widodo dalam pemilihan presiden masih menjadi misteri. Namun, calon presiden dari PDI Perjuangan itu memberikan sedikit kata kunci.
Menurut Jokowi, penentuan calon wakilnya tak akan ditentukan oleh hasil survei elektabilitas berbagai lembaga sigi. Gubernur DKI Jakarta ini berpendapat, hasil survei memang penting tapi itu hanya sebuah gambaran dan bukan acuan utama.
Kriteria penetapan calon wakil presiden juga melihat kecenderungan kinerja setelah menjabat nanti. "Artinya setelah pilpres juga harus dihitung. Ada tidak kecocokan, chemistry.
Harus saling mengisi, menutupi banyak hal," katanya seusai meninjau Pasar Manggis di Tebet, Jakarta Selatan, Senin, 5 Mei 2014. "Ini bukan hanya masalah (bagaimana biar) menang atau kalah."
Nama mantan Ketua Umum Partai Golkar Jusuf Kalla sempat santer disebut bakal mendampingi Jokowi. Akhir pekan lalu gantian nama mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud Md. yang muncul. Sebagian elite PDIP melihat, elektabilitas cawapres yang tinggi akan mendongkrak suara setelah PDIP hanya memperoleh suara sekitar 19 persen dalam pemilihan legislatif.
Adapun hasil survei Saiful Mujani Research & Consulting terbaru menunjukkan melemahnya elektabilitas Joko Widodo, calon presiden PDIP, bisa semakin buruk bila tak memilih calon wakil presiden yang tepat. Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud Md serta mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla dianggap menjadi penawarnya.
Menurut survei itu, Mahfud mampu menaikkan elektabilitas Jokowi menjadi 47,6 persen. Sedangkan Jusuf Kalla 46, 1 persen. Bila Jokowi memillih salah satu dari kedua tokoh itu, Prabowo hanya akan mendapatkan modal elektabilitas 27-28 persen. [tempo]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar