Hasil survei Syaiful Mudjani Research and Consulting (SMRC) yang
menempatkan pasangan Joko Widodo-Mahfud MD sebagai pasangan capres dan
cawapres paling unggul menunjukkan pesan publik yang perlu
dipertimbangkan oleh PDI Perjuangan.
"Menurut saya ini pesan yang
secara khusus disampaikan publik bahwa untuk memimpin negeri ini ke
depan. Ya bahasa trennya jangan lu lagi lu lagi lah," ujar Pakar Ilmu
Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Zuhro di
Jakarta, Senin (5/5/2014).
Bagi PDI Perjuangan, lanjut Siti,
sebenarnya sudah pernah mendapatkan wasiat dari mantan Ketua Dewan
Penasihat DPP PDIP, Taufiq Kiemas, agar tidak perlu lagi memunculkan
wajah lama dalam pilpres mendatang.
"Yang saya dengar, Pak Taufiq
sendiri secara langsung menyampaikan kepada istrinya (Megawati) agar
tidak maju lagi, juga dibeberapa kesempatan sering menyatakan janganlah
yang muka lama terus. Saya pikir itu pesan yang juga sudah dilakukan Ibu
Mega yang akhirnya tidak maju sendiri kan," ujarnya.
Lebih jauh,
Siti menjelaskan yang tak kalah penting dari pesan melalui survei
tersebut, publik membutuhkan figur yang mampu menyelesaikan persoalan
besar yang tengah dihadapi bangsa Indonesia saat ini, yakni pelanggaran
hukum terutama pemberantasan korupsi yang semakin merajalela.
"Memang
kebutuhan kita saat ini perlu meletakkan supremasi hukum sebagai
prioritas utama dan law inforcment diatas segala. Sehingga, kalau hal
itu sudah memadai demokratisasi kita akan memiliki landasan yang kokoh,"
ujarnya.
"Sistem kita sangat rentan dan suram, banyal celah
terjadinya perselingkuhan antara birokrasi dengan hukum ataupun politisi
dengan hukum, legislatifnya hancur. Karena itu, menurut sya memang
perlu ada pendekar hukum yang memimpinnegeri ini," tambah Siti.
Ia
pun tak menampik jika pertumbuhan ekonomi juga merupakan hal yang
menjadi perkerjaan rumah tersendiri bagi pemerintahan kedepan.
Mengingat, masih banyaknya masyarakat yang belum menikmati hidup
sejahtera.
"Tapi, pertumbuhan ekonomi itu akhirnya menjadi sia-sia
manakala penegakan hukum kita lemah, ditandai dengan maralnya korupsi
dimana-dimana, meskipun ekonomi kita tumbuh tetap saja tak bisa
dinikmati masyarakat bawah," bebernya. [tribunnews]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar