Tokoh Aliansi Rakyat Merdeka (ARM) Jumhur Hidayat menilai Joko Widodo bukanlah calon presiden boneka asing. Sebab, kebijakan yang dilakukan Jokowi jauh dari kriteria proasing.
"Lihat saja, ketika ia ditawari pinjaman Bank Dunia untuk pengerukan
sungai dalam program (Jakarta Emergency Dredging Inisiative) langsung
ditolak karena dianggap bisa mengintervensi," kata Jumhur dalam
keterangannya, Rabu (30/4/2014).
Jumhur juga mencontohkan sikap Jokowi yang lainnya ketika
berkoordinasi dengan berbagai provinsi seperti yang terakhir ini adalah
Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk mendatangkan ternak sapi dari provinsi
tersebut. Karena, NTT bisa menjadi basis bagi industri peternakan,
sehingga bisa mengurangi impor sapi.
"Demikian juga Jokowi gandrung untuk memastikan petani memiliki hasil
panen yang baik sehingga bisa meningkatkan kuantitas hasil panen yang
akhirnya tidak perlu melakukaan impor pangan," tuturnya.
Dari cara hidupnya, kata Jumhur, jelas sekali Jokowi menunjukkan kesederhanaan yang jauh dari penikmat barang-barang impor.
"Bahkan, dari rekam jejaknya sebagai pengusaha mebel, ia gandrung
ekspor dengan membeikan nilai tambah (added value) bagi kayu yang telah
diolah dan ini artinya ia menolak ekspor bahan mentah atau primer tanpa
peningkatan nilai tambah," kata Mantan Kepala BNP2TKI itu.
Jumhur pun berkesimpulan Jokowi berideologi kemandirian dalam
tindakan, bukan dalam wacana. Jumhur yakin kelak Indonesia akan semakin
berdikari dalam ekonomi, dan bisa secara bertahap mengurangi
ketergantungan khususnya pada produk-produk asing.
"Termasuk intervensi asing dalam pengelolaan sumberdaya alam Indonesia," imbuhnya. [tribunnews]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar