Wakil Gubernur DKI Jakarta yang juga politisi partai Gerindra Basuki Tjahaja Purnama menilai, hubungan antara Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dan Ketua Dewan Partai Gerindra Prabowo Subianto memang sudah tidak akur. Ia bahkan mengibaratkannya dengan istilah "talak 13".
"Kayanya sudah talak 13. Sudah panas kayak gitu kayaknya susah (untuk damai kembali)," ujar Basuki saat berbincang di kantor redaksi Harian Kompas, Selasa (29/4/2014).
Menurut pria yang akrab disapa Ahok itu, hubungan keduanya semakin tidak akur karena perbedaan persepsi, terutama setelah Jokowi deklarasi sebagai calon presiden dari PDI Perjuangan, beberapa waktu lalu.
Menurut Ahok, Prabowo menilai Jokowi tidak beretika karena tidak menghargainya yang telah memperjuangkan Jokowi ke Jakarta untuk mengikuti Pilkada sampai akhirnya terpilih pada dua tahun silam.
"Sementara Pak Jokowi tidak merasa utang budi pada Pak Prabowo karena yang memintanya pertama kali ke Jakarta bukan Pak Prabowo, tapi Pak Jusuf Kalla. Bahkan, Pak Prabowo pernah maksa Pak Jokowi maju (sebagai calon gubernur) pakai partai lain, tapi Pak Jokowi tidak mau kalau bukan PDI-P," jelasnya.
Lebih lanjut, kata Ahok, hubungan keduanya merenggang juga tak lepas dari cara pandang yang berbeda terhadap perjanjian batu tulis, yang ditandatangani oleh PDI Perjuangan dan Gerindra pada 2009 silam. Menurut Ahok, Prabowo menganggap Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri telah membohonginya karena keputusannya memilih orang lain sebagai calon presiden.
Padahal, PDI-P dan Gerindra telah bersepakat untuk mendukung Prabowo pada 2014 yang dinyatakan di atas materai yang ditandatangani kedua belah pihak. "Tapi bagi Bu Mega, dia kan tidak mencalonkan diri. Dua cuma mencalonkan orang yang berdasarkan hasil survei, dipilih oleh rakyat. Orang itu Jokowi," tukasnya. [kompas]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar