Direktur PoliticaWave Yose Rizal mengemukakan jika melihat realitas
publik yang tergambar dari berbagai survei, kelihatan margin yang cukup
jauh antara calon presiden (capres) Joko Widodo (Jokowi) dengan
capres-capres lainnya. Maka pada saat ini sulit bagi capres lain untuk
bersaing dengan Jokowi
Strategi yang bisa dipakai capres atau partai lain adalah berusaha
menunjukkan bahwa mereka lebih baik dari Jokowi. Namun strategi ini
tidak mudah, karena saat ini masyarakat menyukai Jokowi dengan pekerjaan
yang dilakukan sehari-hari.
Masyarakat melihat Jokowi bekerja dan dekat
dengan rakyat.
“Jadi walaupun di Jakarta, beberapa hal belum tercapai, itu tidak
terlalu berpengaruh, karena yang dilihat adalah pemimpin yang bekerja
dan dekat dengan rakyat. Jokowi memberi harapkan pada rakyat,” kata Yose
di Jakarta, Kamis (20/3/2014).
Menurutnya, faktor Jokowi dan efeknya bagi PDI-P sulit disaingi
partai lain. Apalagi di Indonesia tidak banyak partai yang memiliki
kader massa yang solid. Malah mungkin swing voter atau yang biasa disebut golongan putih (golput) bisa ditarik oleh Jokowi.
“Banyak percakapan di sosial-media yang menunjukkan kemungkinan ini. Black campaign tidak akan terlalu berpengaruh, karena waktu Pilkada DKI pun, Jokowi sudah diserang oleh berbagai black campaign dan tidak terlalu berpengaruh,” tuturnya.
Sementara pengamat komunikasi dari Universitas Paramadina Jakarta,
Gun Gun Haryanto mengemukakan setelah Jokowi resmi menyatakan kesiapan
menjadi capres, seluruh pemetaan politik menghitung Jokowi sebgai
kekuatan utama yang menentukan pergerakan kekuatan para kompetitor.
Faktanya, Jokowi memang sedang diminati pasar pemilih. Artinya, modal
dasar Jokowi seperti tingkat penerimaan, tingkat kesukaan khalayak,
tingkat popularitas dan tingkat keterpilihan Jokowi ada di trend positif.
Dalam situasi ini ada dua pilihan bagi partai-partai yang saat ini
bertarung di pemilu 2014. Pertama, kekuatan yang menjadikan Jokowi
sebagai rival utama, sehingga harus dibuat segala macam strategi yang
bisa mendelegitimasi Jokowi. Kongkritnya, serangan-serangan politik yang
langsung diarahkan ke Jokowi dan PDI-P.
Kedua, kekuatan yang sedang berupaya mendekat, menginisiasi
komunikasi politik untuk menjadi mitra potensial PDI-P dan Jokowi
terutama sebagai pra-kondisi setelah pileg.
“Swing voters akan lebih banyak wait and see dulu, meskipun di injury time sangat mungkin akan masuk ke figur yang berkarakter fresh, dianggap tak punya beban masa lalu, dan impresif di mata pemilih,” tuturnya.
Sumber :
beritasatu.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar