Koordinator Komisi Untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (Kontras), Haris Azhar, mengaku pesimistis pengusutan kasus HAM pada Mei 1998 akan berjalan pasca-Pemilu Presiden Juli nanti. "Pengusutan pelanggaran HAM akan cuti panjang," ujarnya saat dihubungi Tempo, Senin (12/5/2014).
Menurut Haris saat ini tidak ada calon presiden yang bisa dipercaya mampu pengusutan pelanggaran HAM di Indonesia. Ada sejumlah tokoh yang sudah dicalonkan sebagai presiden seperti Joko Widodo dari PDI Perjuangan dan Prabowo Subianto dari Gerindra.
Haris berkata, secara langsung atau tidak langsung, para calon presiden itu memiliki kaitan dengan kasus pelangaran HAM.
Prabowo misalnya, lekat dengan kasus penculikan dan penghilangan aktivis Mei tahun 1998. "Jokowi mungkin tidak terlibat langsung. Tetapi, di belakangnya, tokoh militer di lingkaran Megawati, ada juga yang terlibat pelanggaran HAM di Mei 1998," ujar Haris.
Haris menambahkan, Jokowi maupun Prabowo saat ini juga belum banyak menunjukkan niatan untuk mengusut kasus-kasus HAM yang terjadi di Mei 1998. "Tak ada yang peduli pada isu HAM," ujarnya. Karena itu Kontras akan terus mendesak pemerintah dan presiden Indonesia yang baru nanti untuk mengusut kasus pelanggaran HAM terutama tragedi Mei 1998. "Kalau mengaku sebagai pejuang HAM, ya tidak perlu khawatir capres-nya si A atau si B. Siapapun presidennya, tugas pejuang HAM adalah tetap memperjuangkan pengusutan kasus HAM." [Istman MP/tempo]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar