Pengamat politik dari Universitas Indonesia Prof Dr Muhammad Budyatna menilai Ketua Umum DPP Partai Demokrat (PD) Susilo Bambang Yudhoyono bermain ‘dua kaki’ untuk mengamankan diri dan keluarganya dalam Pilpres 2014 ini. SBY di saat yang sama akan mendukung capres Prabowo Subianto dan capres Joko Widodo.
”SBY akan bermain dua kaki, dia akan ke Prabowo dan juga ke Jokowi. Dia akan menggunakan partai-partai anggota koalisi yang selama ini loyal kepadanya untuk menyebar di dua kubu tersebut, yakni PAN dan PPP ke Prabowo, sedangkan PKB untuk merapat ke Jokowi.
Artinya SBY tak akan mau hanya terlihat berpihak pada satu capres,” ujar Budyatna kepada wartawan di Jakarta, Senin (12/5/2014).
Kritik SBY mengenai isu nasionalisasi perusahaan asing yang digaungkan Prabowo menjadi mentah ketika Ketua Umum DPP PAN Hatta Rajasa ternyata merapat ke Prabowo untuk menjadi cawapresnya. Partai ‘loyalis’ SBY ini tidak akan melangkah tanpa restu SBY.
”Rasanya aneh Hatta ke Prabowo apalagi menjadi cawapres Prabowo tanpa mendapat restu dari SBY. Begitu juga dengan PPP yang ikut merapat ke Prabowo, dan PKB ke Jokowi,” tambahnya.
Sikap SBY yang seperti ini menurutnya sangat strategis karena dengan masalah yang harus dihadapi dirinya dan keluarganya, SBY perlu menempatkan para loyalisnya di masing-masing partai. Akan sangat riskan kalau SBY hanya bermain satu kaki saja dengan mendukung satu capres saja atau mengusung capres sendiri.
”SBY sudah 10 tahun menjadi presiden di negara sebesar ini. Indikator kemenangan SBY tidak bisa dilihat dari capres yang diusungnya, tapi lebih pada posisi dirinya yang aman,” tambahnya.
Karena itu dirinya mengaku merasa prihatin dengan para peserta konvensi yang telah bekerja keras untuk meningkatkan suara partai namun pada akhirnya tidak diusung SBY baik sebagai capres maupun hanya cawapres. Padahal tanpa peran peserta konvensi, Budyatna meyakini perolehan suara PD dalam Pileg 9 April lalu tak akan lebih dari 5 persen.
PD pun dikorbankan hanya untuk kepentingan keluarga SBY. ”Kalau SBY mau menjadikan salah satu peserta konvensi misalnya untuk bergabung dengan Partai Gerindra, maka saya yakin Prabowo akan menerimanya untuk menjadi cawapres.Tapi itu tidak dilakukan, SBY malah seperti mengulur-ulur waktu untuk memberikan peluang kepada Hatta untuk merapat ke Prabowo,” katanya.
Langkah itu terkesan menyerahkan kursi cawapres Prabowo kepada besannya sendiri. “Siapa yang bisa dipercaya untuk melindungi keluarganya kalau tidak besan? PKB pun saya yakin akan membela kepentingan SBY kalau masuk ke gerbong Jokowi,” tegasnya.
Para peserta konvensi menurutnya tidak akan berbeda jauh nasibnya seperti Rhoma Irama dan Mahfud MD yang ”dikerjai” Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar.
”Coba saya tanya jujur, apa bedanya Rhoma Irama dan Mahfud MD dengan 11 peserta konvensi? Sama-sama dikerjain kan? Setelah berhasil dimanfaatkan, mereka semua ditinggalkan oleh bapaknya masing-masing,” imbuhnya.
Langkah SBY yang mengulur waktu ini menurutnya sangat jelas terlihat karena SBY tidak pernah melakukan pendekatan langsung kepada partai-partai tersebut. Masyarakat juga tidak pernah melihat atau mendengar SBY melakukan rapat dengan jajaran petinggi partai untuk memutuskan langkah kedepan seperti layaknya sebuah partai.
”Coba bayangkan semua partai sudah sibuk rapat di sana rapat di sini, SBY dan PD tidak pernah terlihat atau terdengar menggelar rapat untuk memutuskan langkah. Kalau rapat dengan sekjen partainya mungkin sering, tapi rapat keluarga itu namanya,” pungkas Budyatna lantas tertawa. [ind/jpnn]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar