Peneliti politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Syamsuddin Haris menilai Partai Demokrat (PD) menjelang pemilu presiden (pilpres) 9 Juli mendatang justru terlihat kelelahan. Menurutnya, hal itu sebagai dampak peran sentral Ketua Umum PD Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"Saya lihat, Demokrat dalam kondisi kelelahan. Ini akibat one man show Ketua Umum SBY yang terbiasa memutuskan semua hal di internal partai," kata Syamsuddin di gedung DPR, Senayan Jakarta, Senin (12/5/2014).
Padahal, lanjutnya, aktivitas elit semua partai politik menjelang pilpres semakin tinggi untuk membangun koalisi. Sementara elit PD, kata Syamsuddin, terkesan tidak ambil bagian karena belum ada keputusan dari ketua umumnya.
Karenanya Syamsuddin juga menyarankan PD lebih intensif berkomunikasi dengan Partai Golkar untuk membangun koalisi. "Koalisi Partai Demokrat dengan Golkar ini cukup baik pilihannya," cetusnya.
Dipaparkan pula, kalau PD terlalu lama tidak menyikapi situasi politik yang terjadi dan capres PDIP Joko Widodo (Jokowi) menetapkan mantan Jusuf Kalla jadi cawapresnya maka Partai Golkar akan merapat ke Partai Gerindra. Tujuannya, kalah atau menang kader Golkar tetap ada di pemerintahan.
"Jika Jokowi pilih JK, kemungkinan besar Golkar akan ke Prabowo. Itu adalah pilihan terbaik Golkar karena sesuai dengan karakter politiknya yang terbiasa main di dua kaki. Artinya, kalah atau menang, kader Golkar akan tetap ada di pemerintahan," ungkapnya.
Semua Tungu Sinyal SBY
SBY akan dicatat dalam sejarah sebagai seorang negarawan yang membentuk tradisi politik baru dalam regenerasi kepemimpinan nasional.
Nama SBY juga tidak hanya harum di internal Demokrat, namun juga di pentas politik nasional jika berani mengambil langkah obyektif untuk mendorong pemenang konvensi capres menjadi delegasi Demokrat di koalisi.
“SBY harus berani mengambil langkah obyektif, jika ingin dikenang sebagai negarawan yang paripurna. Ini justru momentum yang tepat bagi SBY, dan saya yakin hampir semua parpol juga sedang menunggu sinyal politik dari SBY,” ujar pengamat politik Karel Harto Susetyo kepada INDOPOS (Grup JPNN), Senin (12/5/2014).
Menurut Karel, SBY sudah memiliki figur Dahlan sebagai pemenang konvensi capres yang dibuat oleh dirinya. Dahlan secara kuantitatif adalah pemegang elektabilitas tertinggi di antara peserta konvensi lainnya.
“Dia (Dahlan – red) layak menjadi nomor satu karena survei menunjukkan bahwa tingkat keterpilihan dia tertinggi dan namanya sudah lama masuk dalam bursa cawapres potensial,” tandasnya.
Namun, lanjut Karel, apabila faktor kualitatif dimasukkan dalam variabel penilaian pemenang konvensi, Dahlan juga masih tetap unggul di antara yang lainnya. Pesaing terdekatnya hanyalah akademisi Anies Baswedan.
“Sekarang tunggu apalagi setengah partai peserta pemilu sudah menemukan gerbong koalisinya. Demokrat dan Golkar belum, begitupun PKS dan PAN. Kenapa Demokrat harus takut mengusung Dahlan?” tuturnya.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ketua DPP Partai Demokrat Ulil Abshar Abdalla. Dia menilai, Dahlan Iskan dan Gita Wirjawan lebih berkualitas dari Calon Presiden Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Joko Widodo alias Jokowi.
“Gita Wirjawan dan Dahlan Iskan jauh lebih baik dari Jokowi. Tapi kalau popularitas Dahlan dan Gita memang kalah dari Jokowi,” ujar Ulil, Senin (12/5/2014).
Ulil mengemukakan, nama Dahlan dan Gita adalah sosok terbaik yang layak untuk maju menjadi capres dalam Pemilihan Presiden 2014. Dia pun berharap, Partai Demokrat dapat mengusung capres dalam pilpres, dengan berkoalisi dengan beberapa parpol.
Namun, Ulil juga mengakui, pilpres yang akan digelar pada 9 Juli 2014 akan diikuti dua atau tiga calon presiden, karena logika dukung mendukung di parpol pastinya akan mengarah dukungan ke capres yang berpotensi menang.
“Saya pikir dalam politik adalah wajar bila parpol mendukung capres yang berpotensi untuk menang. Karena bila dua atau tiga capres yang maju maka pilpres akan berjalan satu putaran,” imbuhnya.
Sementara itu mengerucutnya poros koalisi partai-partai politik yang digawangi PDI Perjuangan dan Gerindra tak membuat partai Golkar galau. Partai pimpinan Aburizal Bakrie alias Ical ini masih yakin bisa memimpin koalisi, jika berhasil menggaet Partai Demokrat.
“Tidak mustahil akan membuat gerbong sendiri. Seperti Demokrat, gabungan Golkar-Demokrat kalau terjadi kesepakatan masih mungkin membuat poros baru karena juga memenuhi presidensial treshold,” kata Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Golkar, Tantowi Yahya di Gedung DPR RI, Senayan, Senin (12/5).
Menurutnya, dalam situasi sekarang ini berbagai pilihan ada plus minusnya. Namun partainya juga akan realistis dengan perkembangan yang terjadi. Karena itu, internal partai berlambang pohon beringin masih akan melihat rekomendasi apa yang akan disampaikan ketumnya.
“Kita lihat bagaimana rekomendasi Pak Ical setelah beliau lakukan lobi-lobi. Ini akan berlangsung sampai jelang rapimnas,” jelasnya.
Patut diketahui peta koalisi parpol jelang Pilpres 9 Juli 2014 ini makin mengerucut setelah PDIP mendapat dukungan dari NasDem dan PKB, sementara Gerindra didukung PPP dan dua gerbong lain yang kabarnya segera deklarasi, PKS dan PAN. [jpnn]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar