Rabu, 26 Maret 2014

Walau Tabur Iklan Dimana-mana ARB dan Prabowo Tetap Sulit Kejar Jokowi

Tingkat elektabilitas capres PDI Perjuangan (PDI-P), Joko Widodo ternyata masih paling tinggi dibanding bakal capres lainnya.
Data survei lembaga Charta Politika pada Maret 2014 menunjukkan, elektabilitas Joko Widodo sebesar 37,4 persen. Dia berada di tempat teratas, meninggalkan Prabowo Subianto 14,5 persen, dan Aburizal Bakrie 9,9 persen.
"Sosok Jokowi cenderung diterima di semua kalangan. Hal ini dapat dilihat dari jenis kelamin, baik laki-laki dan perempuan, di semua segmen usia, pendidikan, pendapatan dan pekerjaan dan geografi," jelas Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya, di Jakarta, Rabu (26/3/2014).
Survei itu juga menemukan fakta bahwa media televisi menjadi sumber utama informasi pemilih terhadap capres-cawapres. Sekitar 90,9 persen masyarakat mengaku mengetahui informasi tentang capres-cawapres melalui iklan di televisi.
Iklan capres Golkar Aburizal Bakrie paling sering dilihat responden di televisi dibanding capres lainnya, yaitu sebesar 35,2 persen. Kemudian disusul Wiranto dengan 24,6 persen, dan Prabowo Subianto dengan 17,7 persen.
Masalahnya, hal itu tak terlalu berdampak pada elektabilitas pribadi mereka sebagai capres-cawapres, maupun terhadap partainya masing-masing. Survei menemukan dari 87,4 persen masyarakat yang melihat iklan Golkar, hanya 17,2 persen yang akan memilih Golkar, sementara 21,1 persen akan memilih PDI-P.
Atau dari 87,2 persen yang pernah melihat iklan Gerindra, hanya 12,7 persen yang akan memilih Gerindra, 21,2 persen akan memilih PDI-P.
Survei itu dilakukan dengan metode wawancara tatap muka, dengan populasi responden adalah WNI yang telah mempunyai hak pilih di pemilu (telah berusia 17 tahun ke atas), sebanyak 1.200 responden.
Margin of error penelitian adalah plus minus 2,83 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Sampel dipilih secara acak dengan menggunakan metode penarikan sampel acak bertingkat, dengan memperhatikan karakter urban/rural, dan proporsi antara jumlah sampel dengan jumlah pemilih di setiap provinsi.
Quality control dilakukan dengan mewawancara ulang responden, yang dipilih secara random sebesar 20 persen.

Sumber :
beritasatu.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar