Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Taufik Bahauddin mengingatkan bahwa skandal pemberian fasilitas Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) bisa saja terulang jika kepemimpinan mendatang dikuasai PDIP.
Kekhawatiran ini mengingat adanya pertemuan antara Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan sejumlah pengusaha sebelum pengumuman nama calon Presiden (capres) dari PDIP yakni Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi.
Pasalnya, banyak pengusaha yang disebut-sebut menikmati penyalahgunaan fasilitas BLBI. Selain itu, sambung Taufik, kebijakan penjualan aset milik negara di masa kepemimpinan Presiden RI ke-5 Megawati Soekarnoputri bisa saja terulang.
"Bisa saja terulang. Kan bukan BLBI saja. Jual Indosat, jual kapal tanker VLCC Pertamina, jual gas murah ke China. Nanti, bentuknya bisa lain lagi," kata Taufik saat dihubungi wartawan di Jakarta, Rabu (26/3).
Alasan kejadian serupa bisa kembali terulang dikarenakan kualitas berpikir pemimpinnya. Meski kandidat capres, namun sudah menjadi rahasia umum kalau Jokowi sangat penurut terhadap perintah Megawati.
"Putusan seseorang adalah gambaran kualitas berpikirnya. Itu semuanya kan nyangkut ke korupsi. Kalau pola berpikirnya seperti itu, nilai-nilainya tidak berubah. Merasa malu tidak? Kan kira-kira begitu," tuturnya.
Lebih lanjut, Taufik menegaskan bahwa Jokowi belum benar-benar teruji sebagai pemimpin. Selaku gubernur, pria bertubuh kurus itu belum berhasil mengatasi masalah Jakarta.
"Dia kan belum teruji. Di Jakarta sudah berhasil apa? Pencitraannya blusukan, yang kita perlukan hasilnya apa, yang dinikmati rakyat, ini kan belum. Monorail macet, pengadaan bus Transjakarta korup juga," tandasnya.mengingatkan bahwa skandal pemberian fasilitas Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) bisa saja terulang jika Joko Widodo (Jokowi) menang Pilpres 2014.
Kekhawatiran ini mengingat adanya pertemuan antara Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan sejumlah pengusaha sebelum pengumuman nama calon Presiden (capres) dari PDIP yakni Jokowi.
Pasalnya, banyak pengusaha yang disebut-sebut menikmati penyalahgunaan fasilitas BLBI. Selain itu, sambung Taufik, kebijakan penjualan aset milik negara di masa kepemimpinan Presiden RI ke-5 Megawati Soekarnoputri bisa saja terulang.
"Bisa saja terulang. Kan bukan BLBI saja. Jual Indosat, jual kapal tanker VLCC Pertamina, jual gas murah ke China. Nanti, bentuknya bisa lain lagi," kata Taufik saat dihubungi wartawan di Jakarta, Rabu (26/3/2014).
Alasan kejadian serupa bisa kembali terulang dikarenakan kualitas berpikir pemimpinnya. Meski kandidat capres, namun sudah menjadi rahasia umum kalau Jokowi sangat penurut terhadap perintah Megawati.
"Putusan seseorang adalah gambaran kualitas berpikirnya. Itu semuanya kan nyangkut ke korupsi. Kalau pola berpikirnya seperti itu, nilai-nilainya tidak berubah. Merasa malu tidak? Kan kira-kira begitu," tuturnya.
Lebih lanjut, Taufik menegaskan bahwa Jokowi belum benar-benar teruji sebagai pemimpin. Selaku gubernur, pria bertubuh kurus itu belum berhasil mengatasi masalah Jakarta.
"Dia kan belum teruji. Di Jakarta sudah berhasil apa? Pencitraannya blusukan, yang kita perlukan hasilnya apa, yang dinikmati rakyat, ini kan belum. Monorail macet, pengadaan bus Transjakarta korup juga," tandasnya.
Sumber :
jpnn.com
Wadoh... Pak Professor ini sdh tidak fair lagi sebagai pengamat???? Benar sangat membantai Jokowi. Apa sih yang ada dalam pikiran bapak dalam kapasitas sebagai pengamat gestur tubuh??? Saya ahirnya tidak simpatik lagi sama bapak deh.
BalasHapus