Sejak deklarasi Pencapresan Jokowi dari PDIP
pada Jumat 14 Maret 2014, Partai Gerindra dan Prabowo tidak henti-hentinya
melayangkan serangan yang “membabi buta”. Gerindra dan Prabowo menuding
PDIP dan Megawati sebagai pengkhianat karena melanggar Perjanjian Batu
Tulis yang mereka buat. Jokowi juga tidak luput dari serangan karena
dianggap tidak “berterima kasih” karena telah dibantu penuh dalam
Pilkada DKI Jakarta.
Sebenarnya apa yang dilakukan Gerinda dan
Prabowo itu tak lebih dari rasa takutnya menghadapai PDIP dan Jokowi
dalam Pemilu mendatang. Jokowi selalu mendapatkan posisi teratas dalam
sejumlah jajak pendapat terkait popularitas dan elektabilitas. Tujuan
penyerangan tersebut adalah untuk melemahkan posisi PDIP dan Jokowi yang
lebih mendapatkan perhatian publik ketimbang Gerindra dan Prabowo.
Hasil survei Canta Politika yang baru-baru
ini diluncurkan menyebutkan bahwa “boarding pass Prabowo menuju RI satu
sangat berat dan belum aman. Untuk dapat melaju dalam pertarungan
Pilpres, Prabowo membutuhkan koalisi yang tidak sedikit. Jika tidak,
maka resiko Prabowo gagal seperti 2009 akan terulang lagi. Sementara
itu, langkah Jokowi diprediksi lembaga ini akan berjalan mulus.
Inilah mengapa Gerindra dan Probowo seperti kalab habis-habisan menyerang PDIP dan Jokowi yang dianggap sebagai lawan politik
terberatnya. Hal ini menunjukkan Gerindra tidak percaya diri mengusung
Prabowo sebagai Capres mengingat catatan kelam kejahatan Prabowo di masa
silam. Gerindra dan Prabowo kalah sebelum pertempuran dimulai.
Lucu melihat Gerindra dan Prabowo menuding
PDIP dan Jokowi sebagai pengkhianat dan pendusta, padahal yang demikian
itu adalah dirinya sendiri. Penculik dan penjahat HAM yang masih
menjalani hukuman saat ini, dilarang masuk wilayah Amerika, Australia,
dll, justru mau menguasai RI yang dulu dikhianatinya.
Gerindra dan Prabowo tidak memiliki konsep
apapun untuk membangun Indonesia, yang mereka tahu hanya menyerang dan
menjatuhkan pihak lain. Bahkan, Prabowo menunggangi UU dengan
menjanjikan program Rp 1 M untuk satu desa. Gerindra mengklaim UU itu
sebagai jerih payahnya, padahal UU tersebut digagas dan diperjuangkan
oleh kader PDIP Budiman Sudjatmiko. Tak tahu malu!
Sumber :
Tulisan Relawan Wongcilik untuk Kompasiana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar