Rabu, 26 Maret 2014

PDIP: Prabowo Masih Ngambek

Setelah Ketua Dewan Penasihat Gerindra Prabowo Subianto bersajak menyindir pemimpin boneka, kini Waketum Fadli Zon melempar puisi berjudul ‘Air Mata Buaya’ tentang pemimpin yang bicara kejujuran namun berdusta. Politisi senior PDIP Hendrawan Supratikno menganggap Prabowo terlalu ambisius dan kader-kader Gerindra ngambek gara-gara Perjanjian Batu Tulis saat Megawati dan Prabowo berduet di Pilpres 2009.
“Ternyata Prabowo sedemikian ambisius dan teman-teman Gerindra sedemikian ngambeknya. Padahal Perjanjian Batu Tulis itu kan tidak hanya tekstual, itu Fadli pahami secara tekstual. Kalau kami secara kontekstual, dari filsafat bahasa dan filsafat perjanjian,” kata Hendrawan saat berbincang dengan detikcom, Rabu (26/3/2014).
Hendrawan melihat bahwa Partai Gerindra masih mempemasalahkan poin nomor 7 dari perjanjian itu yang menyebutkan bahwa Megawati akan mendukung Prabowo sebagai capres di 2014. Namun poin itu tentunya batal karena Megawati dan Prabowo kalah di Pilpres 2009.
“Butir ke-7 itu benar hanya kalau Prabowo ingin menyandera PDIP atau Bu Mega ingin menggadaikan PDIP. Kan tidak benar dua-duanya,” kata anggota DPR Komisi VI ini.
Menurut Hendrawan, Gerindra jadi ketar ketir dengan penetapan Joko Widodo sebagai capres dari PDIP. Sebelumnya, saat nama Jokowi muncul di berbagai survei elektabilitas capres, ia langsung mengeser posisi Prabowo.
“Begitu Jokowi muncul, langsung kempes kan dia (Prabowo). Biaya politik yang sudah dikeluarkan, kesabaran untuk menahan ambisi, ini menyita energi dia kan,” ujarnya.
Gerindra belakangan terus melempar sindiran ke Mega lantaran dinilai mengingkari komitmen ‘Batu Tulis’ tahun 2009 silam. Di setiap kampanye capres Gerindra, Prabowo juga menyebut capres boneka, pemimpin mencla-mencle, untuk menggambarkan rendahnya komitmen Jokowi yang tak menuntaskan tugas 5 tahun di DKI.

Berikut puisi lengkap Fadli Zon berjudul ‘Air Mata Buaya’:

Kau bicara kejujuran sambil berdusta
Kau bicara kesederhanaan sambil shopping di Singapura
Kau bicara nasionalisme sambil jual aset negara
Kau bicara kedamaian sambil memupuk dendam
Kau bicara antikorupsi sambil menjarah setiap celah
Kau bicara persatuan sambil memecah belah
Kau bicara demokrasi ternyata untuk kepentingan pribadi
Kau bicara kemiskinan di tengah harta bergelimpangan
Kau bicara nasib rakyat sambil pura-pura menderita
Kau bicara pengkhianatan sambil berbuat yang sama
Kau bicara seolah dari hati sambil menitikkan air mata
Air mata buaya

Sumber :
detik.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar