Bakal calon presiden Joko Widodo menyambangi Gubernur Kalimantan
Selatan Rudy Arifin di rumah dinas kegubernuran, Banjarmasin. Dalam
pertemuan tersebut, Jokowi dan Rudy membahas masalah royalti dan dana
bagi hasil pertambangan di wilayah Indonesia.
Jokowi mengatakan
saat ini dana bagi hasil yang diberikan ke masyarakat masih sangat
minim. Sehingga, dana bagi hasil belum begitu bermanfaat bagi masyarakat
daerah.
"Tadi tanya soal tambang, bukan tambangnya tetapi
persoalan royaltinya dan dana bagi hasilnya untuk masyarakat daerah,"
ujar Jokowi di Banjarmasin, Minggu (25/5/2014).
Menurut Jokowi,
royalti yang diberikan hanya sebesar 13 persen. Dari royalti tersebut,
hanya tiga persen yang masuk ke daerah. Royalti tersebut banyak
dikeluhkan oleh pemerintah daerah di Kalimantan Timur dan Kalimantan
Selatan.
"Kalau cuma 13 persen dan daerah dapet tiga persen
karena dibagi pusat, kabupaten kota itu kecil sekali. Itu yang
dikeluhkan di Kaltim dan Kalsel," kata dia.
Untuk itu, Jokowi
berjanji apabila terpilih menjadi presiden untuk merenegosiasi
kontrak-kontrak tambang yang ada di Indonesia. Hal tersebut bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah pertambangan
khususnya di Kalimantan.
"Pertama, renegosiasi diperlukan. Karena rakyat harus diuntungkan dengan adanya pertambangan tersebut," jelas dia.
Sementara
itu, Gubernur Kalimantan Selatan Rudy Arifin meminta pada presiden yang
akan datang untuk memberikan rasa keadilan di daerah terutama
menyangkut dana bagi hasil untuk daerah yang masih sangat minim.
"Itu
kan dari dulu, bagi hasil belum sesuai dengan yang dirasakan
masyarakat. Seharusnya daerah diberikan kepercayaan untuk kelola dana
bagi hasil itu. Dananya bisa digunakan untuk reklamasi-reklamasi dan
rehabilitas tanah yang disebabkan karena pertambangan," jelas Rudy. [ian/merdeka]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar