Minggu, 25 Mei 2014

JK-Jokowi Mengaku Cerminan Umat Islam, Ini Buktinya

Suara shalawat berkumandang di ruangan seluas 20x20 meter di Ballroom Hotel Empire Palace, Surabaya, Minggu (25/5/2014). Semua mata di ruangan tersebut seketika tertuju pada satu subjek di sudut pintu masuknya. 
Figur yang disebut sebagai Mukhtasyar PBNU, sekaligus bakal cawapres Joko Widodo berjalan menuju podium depan. Atau tepat di tengah rapat konsolidasi pemenangan pilpres seluruh pengurus PKB se-Jawa Timur (Jatim).
Jusuf Kalla (JK) dengan senyuman membalas hiruk pikuk sambutan tersebut. Ia berharap dukungan warga nahdiyin dalam putaran pilpres 2014. Sebab, pasangan calon yang diusung mitra koalisi PDI Perjuangan tersebut dianggap cerminan umat Muslim.
"Nasib bangsa ini selama lima tahun ke depan, ditentukan pilihan masyarakat hanya dalam kurun waktu lima menit di TPS," kata JK memandang lurus peserta yang merupakankader NU, Minggu (25/5/2014).
Dia menambahkan, bersedia mendampingi Jokowi meski tidak naik pangkat. Karena ada kultur NU di dalam sosok mantan wali kota Solo itu. Semua isu yang meragukan keislaman Gubernur DKI Jakarta itu pun dianggap hanya tudingan semata.
Menurutnya, Jokowi adalah bagian dari warga nahdiyin. Seperti halnya JK yang merupakan dewan penasehat NU. Dia menceritakan, suatu hari pernah menelusuri rekam jejak keluarga Jokowi saat hendak mempertimbangkannya masuk ke Jakarta.
"Begitu mendapat laporan, ternyata Jokowi adalah seorang yang memiliki latar belakang NU, ada kultur NU dalam dirinya," ujar JK yang kemudian disambut tepuk tangan para peserta rapat.
Dua hari lalu, JK mengaku, pernah shalat berjamaah bersama capresnya itu. Jokowi sendiri yang meminta izin untuk menjadi imam. Saat itu ia percaya, calon pemimpin negeri ini ke depan adalah sosok yang Islami.
Bacaan suratnya, kata dia, cukup panjang. Bahkan ia sendiri mengaku jarang membaca ayat-ayat tersebut. Meski tidak sefasih lafadz para kiai, namun JK menilai, Jokowi adalah figur yang agamis. Karenanya, semua isu buruk tentang keagamaannya adalah fitnah.
"Fitnah itu jelas menyakitkan semua pihak. Tidak ada yang dapat mengukur keimanan seseorang kecuali Allah SWT. Berdasarkan pandangan mata saya, Jokowi punya kesilaman yang cukup baik," ujar dia.
Selain itu, ia menegaskan, capresnya tersebut merupakan orang yang tawadhu, sederhana dan  tidak foya-foya. Kondisi itu tentunya bisa menjadi penilaian sendiri, bagaimana melihat keimanan seseorang.
JK menjelaskan, sejumlah tudingan yang selama ini muncul lantaran tidak adanya kasus yang menjerat pasangan Jokowi-JK. Bila diibaratkan, mencari pemimpin itu formulanya adalah, amal publik dikurangi dosa publik.
"Saya dan Jokowi sama-sama sudah berbuat banyak bagi bangsa ini. Sedangkan dosa terhadap publik tidak terlihat seperti korupsi, HAM. Makanya diciptakanlah fitnah itu," kata dia.
JK menjelaskan, dalam berorasi di hadapan publik, keduanya merupakan figur yang tidak meledak-ledak. Karena, memang bukan itu yang harus mereka lakukan. Sebab menjalankan program lebih berarti ketimbang mengumbar janji.
Ketua Umum PKB, Muhaimim Iskandar menambahkan, siap menyapu bersih dukungan masyarakat Jatim untuk Jokowi-JK. Adanya Jokowi yang disebut punya kultur NU dan JK seorang Mukhtasyar PBNU menjadi modal untuk memenangkan keduanya. "Kalau di lingkungan NU itu, siapa yang difitnah, biasanya akan lebih kuat," kata menakertrans itu.  [republika]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar