"Tidak ada sesuatu yang baru, tidak mengagetkan. Bahkan menurut saya apa yang digembar-gemborkan Jokowi effect juga tidak ngefek. Jadi saya tidak kaget dengan survei itu," kata Muzani kepada detikcom, Jumat (4/4/2014).
Survei Indikator Politik Indonesia menempatkan PDIP di urutan pertama dengan raihan 24,5% suara. Penetapan Jokowi sebagai capres dinilai oleh bos Indikator Politik, Burhanuddin Muhtadi, tidak mendongkrak suara PDIP secara signifikan.
Muzani masih yakin elektabilitas partainya masih bisa didongkrak sehingga masih bisa menyalip perolehan suara Golkar bahkan PDIP.
"Kalau kampanye jadi indikator dari sebuah tren partai, maka Gerindra akan memperoleh suara besar bukan nomor tiga bahkan nomor dua atau satu. Karena hampir semua kampanye kami dihadiri ribuan massa," klaim Muzani.
Karena itu, menurut Muzani, tingginya elektabilitas Jokowi dan PDIP tidak mengkhawatirkan. Gerindra memilih menunggu hasil Pileg sebelum menentukan arah koalisi.
"Sekali lagi yang digembar-gemborkan dengan pencapresan Jokowi bahwa PDIP akan melejit jauh nyatanya kan nggak. Apa yang diumumkan hari ini kan mengulang dari survei sebelumnya. Angkanya nggak fantastis. Sehingga saya tidak melihat ada efek yang dikhawatirkan buat kami," pungkasnya.
Berikut tingkat elektablitas parpol saat ini, berdasarkan survei Indikator:
- PDIP: 24,5 %
- Golkar: 14,9%
- Gerindra: 10,5%
- Partai Demokrat: 7,2%
- PKB: 7,2%
- PPP: 5,5%
- PAN: 4,7%
- Hanura: 4,6%
- NasDem: 3,6%
- PKS: 3,1%
- PBB: 1,8%
- PKPI: 0,8%
detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar