Wacana menggandengkan Jusuf Kalla (JK) dengan Joko Widodo (Jokowi), dinilai bisa membuat ‘matahari kembar’ di tubuh pemerintahan kedepannya. Bahkan bukan tidak mungkin jika JK bisa menyandera Jokowi. “Posisi Jokowi akan tersaingi dan bisa tersandera. Karena itu sebaiknya dipikirkan ulang,” kata pengamat politik UI Arbi Sanit. Dari sisi kinerja, kata dia, bisa jadi JK tak bermasalah. Sama seperti Basuki Purnama (Ahok - red) di DKI Jakarta, JK cenderung cepat dalam bekerja dan efektif dalam mengambil keputusan.
Bedanya, kalaupun ada konflik diantara Jokowi-Ahok, keduanya bisa menjaga ritme dan tak menunjukkan ke khalayak luas. Arbi menyarankan PDI Perjuangan sebaiknya mencari figur cawapres lain di luar Jusuf Kalla. “Kalau masih bisa dicari calon wapres lain, lebih baik dicari saja. Masih banyak profesional muda yang memiliki kemampuan me-manage masalah birokrasi dan pemerintahan yang lebih cocok untuk Jokowi,” terangnya.
Selain nama JK, kandidat cawapres untuk Jokowi juga adalah Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Hatta Rajasa dan Menteri BUMN Dahlan Iskan. Sementara pengamat politik Unila Arizka Warganegara menilai, pendamping Jokowi yang pas adalah dari kalangan parpol berbasis Islam. Kalau PDIP tidak sampai 20 persen di Pileg 2014, yang paling mungkin berkoalisi dengan kalangan faksi Islam.
Arizka juga menilai, jika PDIP bisa berkoalisi dengan parpol Islam, maka stabilitas parlemen di Senayan bisa lebih aman. Selain itu, kinerja pemerintah juga bisa lebih fokus. “Koalisi yang sempurna ya koliasi permanen, dalam arti kuat di pemerintahan maupun legislatif,” tandasnya.
Sumber :
indopos.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar