Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS) menganalisa antusiasme kampanye Pileg 9 April mendatang. Hasilnya, antusiasme pesta demokrasi tahun ini termasuk rendah, bila dibandingkan Pemilu 2009. Salah satu faktornya karena ada efek Jokowi dan efek KPK.
"Geliat Pemilu di ranah publik, media, dan pengamat ada greget yang menurun. Berbeda dengan 2009, kampanye lebih meriah. Ada Jokowi effect, di mana saat di-endorse (dideklarasikan) sebagai capres, ada bom besar pilpres sudah selesai. Kontestasi sudah terbaca siapa yang menang," jelas Direktur Eksekutif SSS Ari Nurcahyo, di Wisma Kodel, Jakarta, Jumat (4/4/2014).
Terkait dengan efek KPK, Ari mengatakan keberadaan lembaga antirasuah itu membuat orang malas berurusan dengan politisi. Ia mencontohkan penurunan artis yang menolak bekerjasama dengan politisi.
"Sebenarnya Jokowi dan KPK adalah media darling, disenggol maka akan ada perlawan publik. Untuk artis, ketika di-order partai, maka akan berkurang omsetnya karena takut KPK dan takut berurusan dengan politisi," jelasnya.
Selain Jokowi dan KPK, Ari menuturkan, KPU juga kurang menyosialisasikan Pemilu, sehingga antusiasme masyarakat tidak besar. Mahkamah Konstitusi juga menjadi salah satu faktor di mana pemilu dikaitkan dengan makin banyaknya peluang untuk menggugat.
Meskipun antusiasme pemilu dinilai rendah pada dunia nyata, hal berbeda terjadi di dunia maya. Ari menerangkan bahwa antusiasme di dunia maya lebih terasa. "Ada cyber war di mana terjadi negatif atau black campaign. Media sosial yang lebih ramai dan lebih menggiurkan daripada nyatanya," tandas Ari.
Sumber :
liputan6.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar