Politisi PDI Perjuangan Eva Kusuma Sundari,
menilai penyadapan yang dilakukan di Rumah Dinas Gubernur DKI Jakarta
Joko Widodo atau Jokowi, adalah sebuah tragedi reformasi.
Menurutnya, bukan saja membuka ruang bagi kelompok pro demokrasi akan tetapi juga bagi yang anti demokrasi.
Sementara, karena reformasi, tidak dipimpin menuju kemandirian dan
kedaulatan politik, maka penyadapan oleh oknum anti demokrasi
sebenarnya disadap Australia via NSA atas perintah Amerika Serikat,"
tutur Eva, Jumat (21/2/2014).
Diberitakan sebelumnya, Sekjen Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Tjahjo Kumolo
mengungkap penemuan tiga buah alat sadap di rumah dinas Gubernur DKI
Jakarta, Joko "Jokowi" Widodo, di Menteng, Jakarta Pusat sekitar dua
minggu lalu. "Di rumahnya kita sisir ditemukan ada alat penyadap, ada di tempat tidur, di ruang makan dan di ruang tamu," kata Tjahjo.
Eva menegaskan, memang alangkah lebih baik adanya temuan itu
disampaikan kepada publik. "Saya setuju masalah ini dibuka ke publik,
untuk menyadarkan betapa reformasi dibajak banyak pihak yang masih
berperilaku Orde Baru, bermental komprador ke asing. Dan merusak
character building, sehingga pantas jika belum bisa memulai 'nation
building'.
"Ini pendidikan pahit untuk kita semua sekaligus pengalaman pahit
bagi PDIP yang sejak Orde Baru jadi target operasi intelijen berseragam
merah putih," pungkasnya.
Sumber :
tribunnews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar