Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan membantah bahwa mereka sengaja
mengungkap aksi penyadapan terhadap Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo,
demi meraup simpati publik menjelang Pemilu 2014 dan mendongkrak kembali
pamor Jokowi yang ditengarai mulai turun.
“Tidak benar. Saya
tahu sendiri alat sadap itu benar ada seperti yang disampaikan oleh Pak
Jokowi,” kata politisi PDIP Tubagus Hasanuddin di Jakarta, Jumat (21/2/2014).
Ketua Dewan Pimpinan Daerah PDIP Jawa Barat itu
menyatakan, partainya baru membuka informasi soal penyadapan di rumah
dinas Jokowi itu sekarang karena mereka menilai teror politik sudah kian
kelewatan.
“Saat ada yang menerobos masuk ke rumah dinas Jokowi,
kami diam saja. Tapi ketika Nasdem diteror juga, maka barulah ini kami
buka,” kata Hasanuddin. Teror terhadap Nasdem yang ia maksud itu ialah
penembakan posko pemenangan caleg Nasdem di Aceh Utara.
Hasanuddin
menampik PDIP sedang berupaya untuk menutupi kegagalan Jokowi terkait
proyek monorel yang mandek dan skandal bus bekas TransJakarta.
Menurutnya, bukan Jokowi yang membuat mandek program-program di Jakarta.
Jokowi
dan PDIP sepakat tak melaporkan kasus penyadapan tersebut ke polisi.
“Sejak awal tidak berniat melapor karena kadar kesulitannya masih bisa
kami atasi,” kata Hasanuddin.
Jokowi merasa tidak pernah
melakukan pembicaraan serius di rumah dinasnya. “Saya enteng saja karena
memang (pembicaraan di rumah) tidak ada isinya. Paling orang yang
nyadap saya sekarang sedang kecewa karena saya omongannya begitu-begitu
saja,” ujar mantan Wali Kota Solo yang digadang-gadang menjadi capres
2014 itu.
Perihal penyadapan ini, diungkap pertama kali oleh
Sekjen PDIP, Tjahjo Kumolo, dalam sebuah acara diskusi di Jakarta, Kamis
20 Februari 2014. Tjahjo mengatakan, penyadapan itu teror untuk
menjatuhkan PDIP dan Jokowi. Sebelum itu, Ketua Umum PDIP Megawati
Soekarnoputri juga dikuntit orang tak dikenal, dan rumah pribadinya di
Bali disusupi.
Sumber :
viva.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar