PT Jakarta Monorel (JM) alami kesulitan pembiayaan. Supaya mendapat
modal dari bank, perseroan wajib memiliki surat penjaminan dari
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) memberikan syarat pada PT JM bila
ingin memperoleh jaminannya. Dia menyebut ada dua hal yang sampai
sekarang masih dinegosiasikan oleh kedua pihak. Khususnya pengembangan
kawasan yang dilintasi kereta layang cepat itu.
"Ini perlu pembahasan detail. Mengenai tempat-tempat yang dijadikan
lokasi komersial," kata Jokowi ini selepas mengisi
seminar di Universitas Siswa Bangsa Internasional, Jakarta, Jumat
(21/2/2014).
Satu aspek lainnya adalah finansial closing, soal pembiayaan proyek
itu ketika nantinya berjalan. Aspek ketiga adalah status hukum
pengerjaan proyek.
Jokowi mengakui, akibat belum lengkapnya dokumen Perjanjian Kerja
Sama (PKS), PT JM kesulitan mengakses pendanaan. Hal itu membuat mereka
tak kunjung membangun jalur monorel selepas groundbreaking Oktober tahun
lalu.
Mantan Wali Kota Surakarta ini maklum bila pembangunan monorel makan
waktu lama untuk persiapannya. Pemprov DKI memang menginginkan PT JM tak
sekadar melanjutkan program infrastruktur mangkrak dari era Gubernur
Fauzi Bowo tersebut.
"Ini kan pekerjaan lama, kita ingin lanjutkan, tetapi apapun yang kita membuat baru, jangan hanya yang lama saja," kata Jokowi.
Sebelumnya, Wakil Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama sudah mengancam
PT JM. Jika realisasi pembangunan meleset dari target tiga tahun, maka
hak pengelolaan monorel bakal dialihkan ke PT Transjakarta.
Proyek monorel ini menelan biaya USD 1,5 miliar. Selain dana buat
memulai pengerjaan infrastruktur, PT JM juga masih terbelit masalah buat
melunasi pembayaran utang pembayaran tiang monorel kepada PT Adhi
Karya.
Pemprov DKI telah melayangkan surat ke Badan Pengawas Keuangan dan
Pembangungan (BKPP) untuk memfasilitasi pertemuan antara PT JM dan Adhi
Karya soal penyelesaian pembayaran tiang.
Sumber :
merdeka.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar