Pengamat dari Universitas Pelita Harapan, Emrus Sihombing, membantah telah menuduh relawan calon presiden Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Joko Widodo di dunia maya mendapatkan bayaran.
Bantahan tersebut disampaikan Emrus kepada Tribunnews.com, Selasa (29/4/2014). Menurut Emrus, dirinya hanya menanggapi pertanyaan dari wartawan terkait beredar kabar adanya pasukan dunia maya yang dibayar untuk menaikkan popularitas Jokowi.
"Pertanyaan tersebut dalam pemahaman saya merupakan sesuatu yang sifatnya 'mengandaikan' alias 'kalau benar relawan Jokowi di dunia maya dibayar'. Sehingga, saya pun menjawab 'pengandaian' tersebut sesuai yang ditanyakan," tutur Emrus dalam rilis yang diterima Tribunnews.
Dalam berita sebelumnya, beberapa hari silam, Emrus menyatakan, "kalau memang akun-akun di media sosial seperti di twitter itu dikendalikan, berarti ada maksud tertentu menggiring opini publik. Harusnya ketika berpolitik, tidak boleh lepas dari moral. Seharusnya dalam memperoleh kekuasaan itu netral, tidak ada penggiringan."
Pernyataan itu disampaikan Emrus setelah acara seminar Koalisi Pilpres 2014 di Hotel Grand Alia, Cikini, pada Minggu 27 April silam.
Sebelumnya, pengamat politik Universitas Indonesia Boni Hargens, mendesak Emrus segera menunjukkan bukti bahwa relawan Jokowi di media sosial adalah orang-orang bayaran.
"Emrus salah kaprah besar. Dia harus menunjukkan bukti bahwa Relawan Jokowi dibayar. Jika tidak, Emrus adalah kelas orang pinggir jalan, bicara tanpa bukti. Pengamat kelas sampah, sungguh memalukan," ujar di Boni di Jakarta, Selasa (29/4/2014). [tribunnews]
Pengandaian suatu yg negatif apalgi menggiring opini publik perihal panasbung sharusnya bs ditanggapi dgn melihat realita yg ada, jgn penjelasannya menerawang kmn-mana, anda ini polotikus, tp kok pernyataan2nya tendesius trs ke p jkw yah, justru kami jd curiga dgn statement2 anda jgn2 anda sndr anggota dr komunitas panasbung dr partai antah brantah lg
BalasHapus