Selasa, 29 April 2014

Pilih JK, Jokowi akan Ditinggal Nahdliyin dan Soekarnois

Saat ini ada anggapan menyesatkan bahwa dengan menggandeng Jusuf Kalla (JK), Jokowi akan mendapat dukungan elit Islam moderat. Namun anggapan ini menurut pengamat politik yang juga aktivis mahasiswa Angkatan 1978 Syafril Sjofyan tersebut tidak benar.
"Yang terjadi justru sebaliknya, yaitu JK tidak mengakar di kalangan  Nahdliyin. Bahkan di kampung halamannya sendiri JK mengalami banyak resistensi," kata Syafril Sjofyan kepada wartawan, di Jakarta, Selasa (29/4/2014).
Selain itu lanjutnya, body language dan oral language JK tidak disukai rakyat kebanyakan, termasuk para santri. Di sisi lain dengan menggandeng JK, Jokowi akan kehilangan suara dari kalangan Sukarnois di Jawa karena akar ideologi JK bukanlah Trisakti yang merupakan ajaran Bung Karno.
"Malah waktu jadi wapresnya SBY, JK itu programnya menaikan BBM dan getol mewacanakan pencabutan subsidi," ujar Syafril Sjofyan.
Menurut Syafril Sjofyan, Jokowi, Megawati, dan para elit PDIP masih punya cukup waktu untuk mencari figur yang tepat untuk dijadikan cawapresnya Jokowi, caranya antara lain dengan mendengarkan kehendak masyarakat yang menginginkan negeri ini menjadi lebih baik, bersih, dan berdaya saing dalam menghadapi tantangan zaman.
"Jokowi harus berpasangan dengan figur yang selain memiliki dukungan NU, juga memiliki kesamaan ideologi dengan pemilih tradisional PDI Perjuangan. Ekonom senior Rizal Ramli merupakan figur yang bisa mewakili pemilih dengan dua karakteristik tersebut," tegasnya.
Menurut Syafril, Rizal dikenal luas memiliki jaringan kuat baik dengan kalangan NU formal maupun kultural. Di kalangan Nahdlyin, Rizal dikenal dengan nama Gus Romli. Sementara untuk pemilih tradisional PDI Perjuangan, Rizal yang merupakan salah seorang menteri kepercayaan Gus Dur, sejak lama berjuang menegakan kedaulatan dan kemandirian bangsa.
"Jika bersama Rizal Ramli, Jokowi juga akan mendapat dukungan dari gerakan buruh yang luas. Dukungan ini jelas tidak akan dimiliki JK yang mewakili kelas pengusaha," pungkas Syafril Sjofyan.  [fas/jpnn]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar