Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengakui dalam pemenuhan daging sapi, Pemprov DKI tergantung pada impor daging sapi. Namun disaat ketersediaan daging sapi mulai langka, harga daging pun melambung tinggi.
Untuk itu, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo menegaskan, Pemprov DKI tidak boleh tergantung pada daging sapi impor. Tapi sebaliknya Pemprov DKI harus dapat mewujudkan swasembada daging sapi.
"Kita ini jangan ketergantungan sekali dengan impor. Harusnya si sini (Indonesia) bisa pembibitan, penggemukan sendiri," ujar pria yang akrab disapa Jokowi itu, Selasa (29/4/2014).
Mengutip data Kamar Dagang Indonesia (Kadin) DKI Jakarta, kebutuhan daging sapi di Ibu Kota mencapai lebih dari 50.000 ton per tahunnya atau 1.000 ekor sapi per hari. Dari jumlah tersebut, 70 persen pasokan daging sapi berasal dari Australia dan New Zaeland.
Saat ini, Pemprov DKI Jakarta tengah menjalin kerja sama bidang peternakan dengan Pemprov NTT dengan Lampung untuk mewujudkan hal tersebut. Pemprov DKI akan menginvestasikan uang untuk meningkatkan produksi sekaligus mengambil peran distribusi dari kedua daerah itu hingga ke Jakarta melalui BUMD milik Pemprov DKI yakni PD Dharma Jaya.
"Kalau kerja sama itu bisa diwujudkan, untung di Jakarta. Artinya, kita punya stok daging yang jelas, yang cukup," .
Seperti diketahui, guna menjaga stok kebutuhan daging sapi, Pemprov DKI Jakarta menjalin kerjasama dengan Pemprov Nusa Tenggara Timur (NTT) dalam bidang peternakan. Dalam Kerjasama tersebut, DKI melakukan pembibitan sapi di NTT. Nantinya hasilnya akan dikirim ke Jakarta dalam bentuk daging sapi potong.
Kerjasama ini, dapat berpengaruh positif ke banyak hal. Pertama, pemerataan kesejahteraan masyarakat. Kedua, menjadikan Jakarta kota efisien. Ketiga, menekan impor daging sapi. Keempat, mengembangkan komoditas lokal.[bay/inilah]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar