Senin, 17 Maret 2014

Jokowi Bukan Jaminan Perbaikan Ekonomi Indonesia

Penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar Rupiah akhir pekan lalu banyak dianggap reaksi pasar akibat euforia pencapresan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi). Meski begitu sejumlah pengamat menilai belum tentu jika Jokowi terpilih menjadi presiden lantas ekonomi Tanah Air akan membaik meskipun reputasi Jokowi untuk menggenjot PAD DKI menembus 72T dalam waktu tak sampai 2 tahun memerintah DKI.
Analis Mandiri Sekuritas, John Rachmat, mengatakan perlambatan ekonomi akan terus berlanjut jika tidak ada keseimbangan antara segi politik dan ekonomi.
Pasalnya, stabilitas politik merupakan kunci penguatan sektor ekonomi.
"IHSG akan melorot lagi jika segi politik dan ekonomi negatif, keduanya harus sama-sama positif dan harus bisa menyatu. Kalau tidak meski Jokowi jadi presiden maka ekonomi tetap saja melambat," ujarnya saat acara 'Media Update Mandiri Sekuritas' di Restoran Merah Delima, Jakarta, Senin (17/3/2014).
Menurutnya, tahun politik 2014 dianggap sebagai tahun yang tepat untuk berinvestasi di saham. Terlebih jika muncul sosok pemimpin baru yang dipandang market friendly.
"Artinya, sosok yang market friendly ini bisa membuat keyakinan investor bertambah akan kondisi perekonomian ke depan terus tumbuh," jelas dia.
Seperti diketahui, setelah diumumkannya Jokowi sebagai capres 2014 membuat bursa saham melambung tinggi pada akhir pekan lalu ke level 4.800.
"Saya tidak menyebut namanya siapa. Tapi kalau sosok capres B terpilih IHSG bisa mencapai 4.550 dan jika sosok capres C yang muncul dan tidak friendly, IHSG justru bisa masuk bear case (buruk) ke level 4.000," ungkapnya.

Sumber :
merdeka.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar