Di dunia politik, calon presiden (capres) Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Prabowo Subianto memang bukan sosok yang cerdik. Dua kali jenderal bintang tiga ini 'dikerjai' mantan teman koalisinya, Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan. Prabowo marah dan kecewa.
Akhir pekan lalu, di kediamannya di Bojongkoneng, Babakanmadang, kepada Radar Bogor (Grup JPNN) mantan Danjen Kopasus ini berani blak-blakan.
Rumah yang terhampar di lahan seluas 24 hektare itu lebih mirip seperti kompleks pelatihan pertanian berskala nasional. Sebelum masuk gerbang pertama, terhampar sawah dan kebun cabai yang kelihatannya tumbuh subur. Lengkap dengan sembilan 'miniatur' tongkonan (rumah adat Toraja) sebagai lumbungnya.
Selang merangsek 200 meter dari gerbang pertama, tampak gerbang utama lengkap dengan beberapa penjaga berseragam serbahitam. Mereka berbaret merah dengan emblem bergambarkan garuda di lengan kanan.
Masuk lebih dalam, panorama perkebunan beralih menjadi peternakan. Empat kuda berwarna cokelat, satu di antaranya putih tengah bermain di lahan yang tersekat pagar kayu.
Kabarnya, kuda-kuda berpostur tinggi besar tersebut didatangkan langsung dari Portugal. Harga per ekornya mencapai Rp3 miliar. Di rumah Prabowo kini ada 18 ekor, termasuk tiga kuda yang baru lahir. Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra ini juga memiliki 50 ekor kuda jenis sama. Namun, mereka ditempatkan di klub polo yang ia bangun di Sentul.
'Kompleks' perumahan ini juga dilengkapi perpustakaan, helipad, barak, kolam renang, pendopo kayu jati, plus rumah untuk belasan kudanya.
Pertemuan Radar Bogor bersama Prabowo berlangsung di pendopo yang begitu kental dengan ukiran khas Jawa. “Saya ini keturunan Jawa dan Sulawesi. Kultur Jawanya memang lebih kental,” ujar Prabowo yang saat itu ditemani Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon. Obrolan ringan begitu mengalir ketika awal-awal perjamuan.
Keseriusan muncul saat Prabowo menjelaskan sejumlah persoalan bangsa. Dari data yang dia punya, sejak 1997 sampai 2011 ekspor Indonesia selalu surplus. Untungnya US$25 miliar per tahun. Harusnya selama 15 tahun ini cadangan devisanya mencapai US$375 miliar. Tetapi yang ada di Bank Indonesia (BI) hanya US$100 miliar. Pekan lalu naik US$2 miliar.
“Fenomena ini membuktikan adanya suatu situasi dimana kekayaan nasional tidak ada di Indonesia. There is no saving. Kita tidak punya cadangan, karena cadangan kita keluar. Dua per tiga kekayaan kita mengalir ke luar negeri. Ini yang mendorong saya berpolitik. Sistem politik kita salah arah,” jelasnya.
Banyak sekali data terkait persoalan negeri lainnya yang dia jabarkan. Termasuk budaya 'markup' yang dilakukan sejumlah pejabat dalam pengerjaan proyek. Sepersekian detik Prabowo terdiam. Itu setelah ditanya soal mantan mitra koalisinya, PDI Perjuangan yang baru saja mendeklarasikan Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Jokowi) sebagai calon presiden.
Perlahan dia mulai menceritakan semua perjanjiannya bersama Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarno Putri saat Pemilihan Presiden 2009. Tak ada aral ketika awal-awal mereka berkongsi. Bahkan jika pasangan ini menang, Prabowo sudah meminta jatah kue kabinet.
“Waktu itu ada beberapa klausul kalau menang, saya ingin diberi kepercayaan mengendalikan ekonomi. Saya minta dalam penyusunan kabinet, wakil presiden punya hak untuk menentukan Menteri Kehutanan, Kelautan, ESDM, Keuangan, Perdagangan, Ekonomi,” paparnya.
Sayangnya, rencana tidak berlangsung mulus. Mega-Prabowo kalah dalam satu putaran oleh pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono. Tapi Prabowo masih memiliki asa. Mantan menantu Presiden RI II, Soeharto tersebut mengingat betul perjanjian yang dia buat bersama Megawati di Istana Batutulis, Bogor Selatan, Kota Bogor pada 16 Mei 2009.
Ada tujuh butir di kesepakatan bersama PDI Perjuangan dan Gerindra tersebut. Dan kesepakatan yang membuat Prabowo masih bisa tersenyum ketika kalah ada di butir ketujuh. Di butir pemungkas tersebut tertulis,”Megawati Soekarno Putri mendukung pencalonan Prabowo Subianto sebagai calon presiden pada tahun 2014.”
“Dengan kejadian ini (pencapresan Jokowi) saya agak kaget. Kalau perjanjian biasanya ada pembatalan. Seandainya beliau memanggil saya, kalau blak-blakan kan bagus, ada tata kramanya. Saya kecewa,” jelasnya.
Selain dinilai telah ingkar janji, Prabowo juga kecewa dengan sikap Megawati yang seolah-olah memusuhinya. Sejak keberhasilannya membidani pasangan Gubernur DKI Jakarta, Jokowi-Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), Mega selalu menghindari Prabowo.
“Saya ada kekecewaan karena sebetulnya saya minta waktu (bertemu) berkali-kali. Saya tidak tahu apa dosa saya terhadap beliau. Kalau memang ada persaingan itu biasa,” paparnya.
Lalu, bagaimana dengan sikap Prabowo terhadap Jokowi? Seperti diketahui, yang mengantar sosok Jokowi menuju panggung politik ibu kota adalah Prabowo melalui adik bungsunya, Hashim Djojohadikusumo. Prabowo juga diisukan yang membiayai kampanye Jokowi hingga nilainya mencapai Rp 60 miliar. Disinggung soal biaya tersebut, Prabowo enggan mengonfirmasi.
Selain ongkos kampanye, demi Jokowi, Prabowo juga rela 'merugi' karena harus membatalkan dukungan terhadap salah satu pasangan calon gubernur lainnya. Tapi, kekecewaan Prabowo bukan soal nominal besar yang sudah dia keluarkan. Sampai Jokowi mencapreskan diri pada Jumat (14/3/2014) kemarin, ucapan terima kasih kepada Prabowo pun tak pernah keluar.
“Dia tak pernah berterima kasih. Dari segi tata krama pantas atau tidak. Berbeda dengan Ahok yang langsung menelpon saat menang. Begitu juga saat Ridwan Kamil (Walikota Bandung) menang,” paparnya. Saat ini Prabowo mengaku siap bertarung dengan Jokowi. Dia tak gentar jika harus head-to-head.
Sumber :
jpnn.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar