Senin, 17 Maret 2014

Efek Si Banteng Kerempeng Lambungkan PDIP di Dunia Maya

Langkah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan mencalonkan si banteng kerempeng Joko Widodo (Jokowi) sebagai Presiden pada 15 Maret 2014 melambungkan posisi partai banteng moncong putih itu di media sosial dunia maya. PoliticaWave, situs web pemantau aktivitas politik di internet, mencatat jumlah percakapan bersentimen positif untuk PDI Perjuangan di dunia maya melesat selepas pencalonan Jokowi.
Hingga 13 Maret 2014, persentase jumlah percakapan PDIP 27,45 persen. Angka itu melonjak menjadi 37,89 persen pada Sabtu, 15 Maret 2014. Persentasenya melesat kembali ke 54,73 persen pada Senin (17/3/2014). PDI Perjuangan juga mengalami peningkatan sentimen positif dari 5.634 pada Kamis, 13 Maret 2014 menjadi 9.303 pada Senin (17/3/2014).
"Kami yakin ini efek Jokowi, karena sebelum pencapresan posisi PDIP bersaing ketat dengan partai lain," ujar CEO MediaWave, Yose Rizal, via sambungan telepon kepada Tempo, Senin (17/3/2014) malam. Menurut dia, pencalonan tersebut juga turut mendongkrak menterengnya Jokowi di mata pengguna media sosial. Lazimnya, percakapan harian tentang Jokowi hanya berkisar di 20-40 ribu percakapan.
Angka itu berlipat ganda menjadi 118.657 percakapan para 14 Maret 2014, lantas melesat ke 164.634 percakapan pada tanggal 15 Maret 2014. Percakapan terkait Jokowi pun mendominasi percakapan tentang Calon Presiden. Tercatat ada 62,3 persen percakapan tentang Jokowi, sedangkan 13 kandidat capres lainnya hanya dibicarakan sebesar 37,7 persen.
Di bawah Jokowi, ada tiga calon presiden yang juga mendapatkan sentimen positif dari pengguna media sosial. Ketiganya adalah peserta Konvensi Partai Demokrat. Mereka ialah Gita Iriawan Wirjawan, Dahlan Iskan, dan Anies Baswedan. "Ini karena mereka memasuki fase akhir Konvensi, jadi mereka dan voluntirnya meningkatkan kampanye di media sosial," kata Yose Rizal.
Adapun sentimen positif bagi Prabowo Subianto dan Aburizal Bakrie berada jauh di bawah Jokowi. Yose Rizal menduga penyebabnya citra negatif keduanya yang telanjur melekat. "Prabowo ada masalah 1998 dan Aburizal Bakrie ada lumpur Lapindo. Ini tantangan untuk tim mereka dalam mengkomunikasikan yang positif untuk Prabowo dan Aburizal. Iklan mereka di televisi dan media massa tidak membahas soal itu.
Yose Rizal mengatakan metode pemantauan PoliticaWave bisa dipercaya karena ada saringan terhadap bot alias akun media sosial "asli tapi palsu". Secara otomatis dan manual, akun bot dihapus dari pemantauan, sehingga tak mempengaruhi hasil penelitian. "Kami mengidentifikasi dan mengeluarkan akun yang perilakunya seperti bot dari pemantauan. Misal, akun yang punya follower tidak riil, juga yang ngetwit hal yang sama atau mirip sangat sering," kata dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar