Pengamat Kebijakan Publik Agus Pambagyo menilai tidak ada kemajuan
berarti dalam bidang transportasi yang dilakukan oleh Gubernur DKI
Jakarta Joko Widodo (Jokowi). Sederet moda transportasi perkotaan
dibangun dengan pijakan yang lemah.
Dosen Universitas Paramadina
Jakarta ini menambahkan, masyarakat justru bingung dengan kebijakan
transportasi yang dibuat oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.
Selain itu, biaya transportasi yang harus ditanggung oleh masyarakat di
ibukota pun cenderung mahal.
"Nggak ada kemajuan dalam bidang
transportasi di jaman Jokowi ini. Masyarakat juga bingung dengan model
transportasi yang diciptakan oleh Pemprov DKI. Ada BKTB, APTB,
Transjakarta, dan bus Kopaja AC. Itu semua harganya beda dan jadi mahal.
Harusnya diperkotaan biaya transportasi cukup bayar sekali. Itu yang
harus dilakukan oleh Pemprov DKI," ujar Agus saat dihubungi merdeka.com,
senin (17/3).
Agus menyayangkan, kebijakan Jokowi melanjutkan
pembangunan enam ruas jalan tol. Sebab Jokowi tidak berpihak pada
rakyat, karena pembangunan enam ruas jalan tol ini terkesan dipaksakan
dan menjadi proyek terima kasih kepada pihak swasta.
"Pembangunan enam ruas jalan tol itu kan biar bisa kasih proyek ke swasta saja," ungkapnya.
Agus
juga menyayangkan, mengapa Jokowi diam melihat kasus bus Transjakarta
rusak dan karatan. Kasus tersebut menurutnya semakin menambah daftar
kegagalan Jokowi mengendalikan bawahannya. Terlebih ini menunjukkan
Jokowi tidak memiliki kemampuan menganalisis kinerja anak buahnya.
"Sedari
awal sudah saya sampaikan supaya Pemprov DKI Jakarta jangan membeli bus
asal China atau Korea karena hanya akan tahan dua tahun saja. Mending
beli bus yang berstandar internasional. Setelah kejadian ini kok
gubernur diam saja? Kadishub mestinya ditegor dari awal," tegasnya.
Semasa
kepemimpinan Jokowi, Pemprov DKI Jakarta nampak lemah dalam pengelolaan
ratusan unit bus Transjakarta. Karena nampak tidak menyiapkan strategi
mengelola Transjakarta. Sebagai contoh koridor 12 Transjakarta yang
minim pengemudi. Akibatnya, Pemprov DKI Jakarta harus meminjam pengemudi
dari operator swasta yang gajinya otomatis lebih tinggi dari pengemudi
lainnya.
Yang terakhir saat Jokowi memutuskan melanjutkan proyek
Monorel. Agus menyesalkan langkah yang ditempuh oleh Jokowi. Karena,
sedari awal PT Jakarta Monorel (JM) sudah gagal membangun megaproyek
tersebut. Dan bila sekarang Monorel mangkrak lagi, maka menurutnya
Jokowi adalah satu-satunya orang yang harus bertanggung jawab karena
memberi harapan palsu kepada warga DKI.
"Kenapa Jokowi kemarin
izinkan proyek itu? Sudah jelas-jelas PT JM nggak punya dana tapi kok
diijinkan? Sekarang Jokowi mau maju jadi presiden? Jangan dululah.
Kasihan dia digebukin lawannya nanti," kata Agus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar