Indeks harga saham Gabungan (IHSG) berpeluang untuk melanjutkan kenaikan. Namun hal ini bisa teganjal potensi profit taking (aksi ambil untung). “Jika kondisi ini dimanfaatkan untuk profit taking masif, maka Jokowi Effect akan berkurang dan dapat kembali terkoreksi.,” kata analis dari Trust Securities, Reza Priyambada, Senin (17/3/2014).
Menurut reza, pada perdagangan hari ini, indeks diperkirakan akan berada pada rentang support 4.650-4.756 dan resisten 4.885-4.912.
Sempat berada di support (4.680-4.706), namun mampu berbalik naik melampaui target resisten (4.735-4.750). Pada perdagangan pekan lalu, laju indeks cenderung melemah di awal sesi setelah pelaku pasar mulai melakukan profit taking paska rilis BI rate. Pelemahan terjadi pada saham perbankan, aneka industri, dan beberapa saham lainnya.
Namun, kondisi IHSG berbalik arah mulai menguat signifikan sekitar puku;. 15.00 WIB paska maraknya pemberitaan tentang pemberian mandat menjadi Presiden kepada Jokowi. “Pasar sangat..sangat bereaksi positif, bahkan nilai transaksi pun langsung melonjak yang juga didukung adanya transaksi beli saham BTPN di pasar nego hampir senilai Rp 6 triliun,” kata Reza.
Sepanjang perdagangan Jumat lalu, IHSG menyentuh level 4.726,17 (level tertingginya) di akhir sesi 2 dan menyentuh level 4.726,17 (level terendahnya) di awal sesi 1 dan berakhir di level 4.726,17. Adapun volume perdagangan turun dan nilai total transaksi naik. Investor asing mencatatkan nett buy dengan kenaikan nilai transaksi beli dan transaksi jual. Investor domestik mencatatkan nett sell.
Faktor efek Jokowi, kata Reza,walaupun sempat membuat laju IHSG melesat, tak dirasakan oleh rupiah. Kondisi pasar valas sedang diliputi kekhawatiran,terutama jelang penyelenggaraan referendum di Crimea. Meningkatnya kembali kecemasan membuat pelaku pasar memilih untuk switching ke aset-aset valas lainnya yang dinilai safe heaven, seperti yen. Laju rupiah melampaui level support 11.410. Rpn11.445-11.395 (kurs tengah BI).
Sumber :
tempo.co
Tidak ada komentar:
Posting Komentar