Selasa, 18 Maret 2014

Inikah Alasan Tiga Capres Menyerang Jokowi?

Di media sosial serangan terhadap Jokowi gencar disarangkan banyak pihak. Namun, bila dipilah-pilah serangan tersebut dilancarkan karena dorongan politis dan ideologi. Serangan yang didorong unsur politis dilakukan oleh tokoh-tokoh politik beserta kader-kadernya. Sedang serangan yang didasari unsur ideologis dilakukan oleh kelompok-kelompok yang semala ini dikenal anti Pancasila dan NKRI.
Sebuah riset yang digelar Reading Indonesia Project (Ripro) soal perilaku para kandidat capres dalam pemilu 2014 menunjukkan pengaruh Jokowi terhadap para kandidat lainnya.
Riset ini dilakukan dengan memantau kicauan para capres dilewat akun Twitter.
Dengan memantau tren kicauan capres terkait Jokowi terdata ada tiga capres yang kerap mengkritisi kinerja Jokowi sebagai gubernur DKI. Mereka adalah Marzuki Alie yang tercatat menyerang Jokowi sebanyak 46,90 persen. Sedangkan tokoh lainnya adalah Anis Matta 19,53 persen dan Aburizal Bakrie 18,93 persen.
Jika diperhatikan ketiga capres tersebut memiliki masalah pada partainya atau dengan dirinya. Partai Demokrat tempat Marzuki berkiprah tengah dibelit masalah korupsi yang melibatkan pucuk pimpinan serta petinggi-petinggi lainnya. Kasus korupsi ini secara pasti berdampak pada melorotnya tingkat elektabilitas Demokrat, bahkan sudah menyentuh 6 %.
Masalah yang sama dialami PKS. Tingkat kepercayaan publik pada partai yang mengidentikkan dirinya sebagai partai dakwah yang kerap menggunakan simbol-simbol keislaman ini rontok pasca presiden partainya, Ustadz Luthfi Hasan Ishaaq terungkap terlibat kasus korupsi dan menjadi cukong perilaku seks bebas.
Tidak hanya kasus korupsi yang merosotkan kepercayaan publik pada PKS, tetapi serententan kasus-kasus lainnya, mulai dari skandal pornografi yang melibatkan Ustadz Arifinto. Ironisnya Ustadz Arifinto kepergok sedang menikmati film biru di gedung rakyat, Senayan, saat sidang soal rakyat di mana anggota-anggota DPR RI lainnya tengah memutar otak memikirkan persoalan rakyat. Lebih dari itu kader-kader partai yang menglaim sebagai milik Allah ini terkena kasus penganiayaan, penipuan yang dikenal sebagai “Surat Keterangan Masih Perjaka”, dan bahkan transaksi narkotika.
Beda Marzuki dan Anis, beda pula dengan ARB. ARB yang ngotot nyapres mendapati kenyataan elektabilitasnya hanya merangkak setitik demi setitik, masih terpaut jauh dengan Prabowo yang menempati posisi kedua. Nama ARB pun lekat dengan kasus Lapindo yang sampai sekarang belum terselesaikan.
Jadi, jika melihat siapa saja aktor penyerang Jokowi terbacabila serangan tersebut sebagai bentuk pengalihan isu atau kekecewaan kader-kader terhadap partainya. Prayitno Ramelan dalam sebuah tulisannya di Kompasiana menganalisa serangan-serangan dari Demokrat memiliki pola tersendiri. Demikian pula PKS, partai yang kadernya banyak diketahui berpoligami tidak sesuai dengan syariat Islam ini mengalihkan kekecewaan kadernya atas kerusakan masif akhlak ustadz-ustadznya dengan menyerang Jokowi. Strateginya sederhana, alihkan kekecewaan dengan membenci pihak lain. Strategi ini bagi PKS terbukti manjur, hal ini terlihat aktifnya akun-akun pendkung PKS yang menyerang Jokowi dengan berbagai fitnah, mulai dari Jokowi tidak bisa wudhu sampai Jokowi non muslim.
Saran saya, setelah nama-nama penyerang Jokowi itu terungkap oleh sebuah riset, lebih baik para penyerang Jokowi mengikuti terapi yang dicontohkan oleh Tifatul Sembiring: mem-follow situs porno.

Dikutip dari :
Tulisan Gatot Swandito untuk Kompasiana 20140318

Tidak ada komentar:

Posting Komentar