Pengumuman deklarasi mandat dari Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri kepada Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, dinilai masih menyisakan tanda tanya.
Pengamat dan Pakar Politik dari Universitas Paramadhina, Hendri Satrio mengatakan peristiwa itu merupakan momen penting yang tidak boleh dilewatkan begitu saja. Tetapi, jelas Hendri, Megawati justru tidak menghadirkan Jokowi sebagai tokoh pentingnya saat mengumumkan.
Diketahui, kata Hendri, Megawati justru didampingi Puan Maharani dan Tjahjo Kumolo. Di hari yang sama di rumah si Pitung, Jokowi secara sendiri mengumumkan sudah mendapat mandat dari Megawati untuk menjadi Capres dari PDIP.
“Tentang peristiwa Marunda, sebenarnya ini harus dijelaskan oleh PDIP. Tapi, bisa jadi ini semua memang sengaja dibuat misteri. Perlu dipertanyakan lagi, mengapa Jokowi mengumumkan dirinya sendiri tanpa didampingi elemen partai, terutama Megawati dan hanya disaksikan segelintir masyarakat?” ujar Hendri, Senin (17/3/2014).
Langkah Jokowi mengumumkan sendiri soal mandat Pencapresan dirinya oleh PDIP, kata Hendri, mencuatkan pertanyaan soal peranan Jokowi dalam kapasitasnya sebagai gubernur dan sebagai kader partai.
“Kenapa bukan Megawati yang mengumumkan pencapresan Jokowi tersebut? Kenapa Jokowi sendiri yang melakukannya? Kenapa Jokowi begitu bangga ketika pengumuman tersebut, sementara dia sendiri pernah berkomitmen tidak akan menjadi kutu loncat dan siap memimpin Jakarta selama satu dekade kepemimpinan? Apakah Jokowi boneka partai?” tanya Hendri.
Menurut Hendri, bila Megawati menganggap hal itu sebagai momen penting bagi PDIP, seharusnya Megawati memanggil Jokowi lalu mengumumkan ke publik.
Hendri menyinyalir, pertemuan Megawati dan para pengusaha pada Kamis (13/3/2014) silam di Kantor Pusat DPP PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan bisa saja ada kaitan dengan Perjanjian Batu Tulis 2009.
“Ini bisa saja terkait dengan pertemuan antara Megawati dengan pengusaha. Karena, begitu selesai pertemuan dengan pengusaha, besoknya ada pengumuman bahwa Jokowi adalah Capres dari PDIP. Bisa jadi, ketidakhadiran Megawati ketika mengumumkan Jokowi sebagai Capres adalah karena ada Perjanjian Batu Tulis tersebut,” katanya.
Dijelaskan Hendri, Jokowi bisa dikatakan sebagai tokoh tren dengan faktor kagetan. Ia menjelaskan, bukan hanya Indonesia yang kaget ada tokoh seperti Jokowi, bahkan PDIP sendiri juga kaget, sehingga mereka terlambat mengantisipasi kehadiran Jokowi di internal partai.
“Sayangnya, Jokowi sepertinya lebih patuh terhadap partai dan golongan. Bila saja Jokowi bisa lebih patuh terhadap rakyat, pasti dia akan menjadi pemimpin besar, kelak di kemudian hari,” kata Hendri.
Sumber :
tribunnews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar