Munculnya sosok Joko Widodo (Jokowi) di pentas politik nasional
dalam waktu yang singkat telah membetot perhatian publik, baik di dalam
bahkan luar negeri. Bekas Wali Kota Solo yang belum genap dua tahun
menjabat Gubernur DKI Jakarta ini resmi menjadi calon presiden 2014.
Tingginya
tingkat keterpilihan Jokowi dari hasil berbagai lembaga survei memaksa
partainya Jokowi, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) memajukan
sebagai kandidat capres. Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi
(Perludem) bahkan menyoroti Jokowi effect dapat menekan banyaknya warga yang tidak menggunakan hak pilihnya atau golongan putih (Golput).
Direktur
Perludem Titi Anggraini mengatakan dengan tingginya elektabilitas
Jokowi akan mampu mengurangi tingginya angka golput sepanjang tidak ada
gonjang ganjing politik. "Seperti halnya fenomena Barack Obama di
Amerika Serikat," ujar Titi kepada detikcom, Senin (17/03/2014).
Selanjutnya
Titi menekankan pesimisme masyarakat atas kualitas dan integritas calon
legislator tidak bisa disalahkan yang menyebabkan tingginya angka
golput di setiap pemilihan umum. "Tidak adil kita selalu menyalahkan
masyarakat," kata Titi.
Sepadangan dengan Titi, pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI) Andrinof Chaniago mencermati Jokowi effect cukup membantu mendongkrak partisipasi publik dalam Pemilu ini.
Menurut
dia setidaknya faktor Jokowi ini menyumbang tingkat partisipasi publik
sekitar 5 persen. "Pemilu kali ini akan lebih baik dibanding periode
sebelumnya," kata Andrinof kepada detikcom.
Pengamat politik
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Syamsuddin Haris juga
memprediksi tingkat golput akan berkurang. Salah satu penyebabnya yakni
karena disahkannya Jokowi sebagai capres dari PDIP.
"Dengan
diumumkannya Jokowi sebagai Capres itu akan meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam Pemilu baik pileg maupun pemilu presiden,” ujar
Syamsuddin kepada detikcom.
Sumber :
detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar