Minggu, 01 Juni 2014

Antara Feng Shui, Primbon dan Nomor Urut Capres

Nomor urut dinilai tidak punya makna apapun terhadap peluang kemenangan pasangan calon presiden/calon wakil presiden pada pemilihan Presiden, 9 Juli mendatang.
Terbukti, dari dua pelaksanaan pemilu sebelumnya, pemenang bukan capres bernomor urut kecil.
Direktur Sinergi Masyarakat Untuk Demokrasi Indonesia (Sigma), Said Salahudin membeberkan, pada pemilu 2004 pemenang capres justru diraih pasangan dengan nomor urut 4. Sementara pada pilpres 2009, dimenangkan pasangan dengan nomor urut 2.
"Tapi mungkin bagi masyarakat yang percaya feng shui, mungkin nomor urut 1 bagi pasangan Prabowo-Hatta dianggap memberi tanda positif dibanding nomor urut 2, yang didapat Jokowi-JK. Karena dalam feng shui angka 1 disebut bintang uang yang selalu menguntungkan. Sementara angka 2 bintang penyakit yang membawa pada penyakit yang sangat serius," katanya di Jakarta, Minggu (1/6/2014).
Selain masyarakat yang percaya fengshui, bagi masyarakat yang percaya primbon kata Said, angka 1 juga ditafsirkan pertanda kelahiran pemimpin yang memberi harapan baik untuk mencapai kesuksesan.
Angka 1 juga dimaknai sebagai pemberi cahaya, pemberi ide, dan bijaksana. Namun bisa juga bersifat egois. Sedangkan angka 2 dimaknai tidak serius melaksanakan rencana yang dibuat, sering berubah-ubah, kurang percaya diri, namun punya sisi lembut dan memiliki kekuatan intuisi.
"Sementara bagi umat Islam, angka 1 maupun angka 2 punya keistimewaan masing-masing, dan sama baiknya. Jadi semua kembali kepada penilaian masyarakat yang akan menjadi pemilih dari kedua pasangan itu. Mau percaya pada fengshui, silahkan. Mau percaya pada primbon, ya monggo,” katanya.
Dalam dunia motogp, pembalap yang meraih juara dunia di tahun sebelumnya, berhak menggunakan nomor 1, tapi kenyataan di dunia motogp pengguna nomor 1 selanjutnya akan mengalami kekalahan.
Namun begitu, Said menyarankan agar masyarakat lebih mengendepankan rasio dalam memilih capres-cawapres, tanpa harus terjebak dalam makna angka-angka yang ada.  [jpnn]

1 komentar:

  1. Wallahu a’lam bish-shawabi (Dan Allah lebih tahu atau Yang Mahatahu/Maha Mengetahui kebenarannya). Tak usah berspekulasi. Berjuang sajalah dengan benar dan tidak salah tidak masalah menang atau kalah yang utama berkah (bukan hanya tidak tercela di dunia tetapi juga tidak ternoda di akherat). Biarkan amanah kesuksesan di dunia (sebagai produk dampak in process) menyusulnya jika Tuhan memandang baik untuk segera memberdaya bangsa ini atau terimalah dengan ikhlash hikmah kekalahan jika Tuhan memandang baik untuk menundanya (jika justru akan memperdayanya). Apa yang digariskanNya adalah baik adanya jika kita sikapi dengan kebijakan dan kita jalani dengan kebajikan.

    BalasHapus