Antara lain, karena lobi dan dukungan
politik pendukung JK kepada Megawati lebih kuat daripada Samad.
JK juga
dinilai lebih siap dalam hal pendanaan pada pelaksanaan pemilihan
presiden, karena diketahui berlatar belakang sebagai seorang pengusaha
besar dan didukung sejumlah konglomerat.
“Sementara Samad duitnya cekak dan
cenderung dimusuhi oleh konglomerat. Alasan lain, poros PDIP
memperhitungkan kelebihan yang dimiliki oleh JK terkait peluang bagi
mantan wapres itu untuk menarik dukungan Golkar di parlemen apabila
Jokowi-JK memenangkan pilpres,” kata Said di Jakarta, Senin (19/5).
Atas alasan-alasan tersebut, Said
mengaku sejak beberapa waktu lalu telah memrediksi majunya Jokowi-JK
sebagai pasangan bakal calon presiden.
“Nah dengan keputusan ini, saya
memerkirakan secara formal Golkar nanti akhirnya akan mendukung
Gerindra. Tapi secara diam-diam, tetap ikut ambil bagian menyukseskan
pasangan Jokowi-JK. Jadi skenario politik yang dimainkan oleh JK dan
Golkar itu persis seperti yang mereka praktikan pada Pemilu 2004 lalu,
yaitu politik dua kaki,” katanya.
Saat itu, kata Said, secara formal
Golkar mengusung pasangan Wiranto-Salahudin Wahid. Namun diam-diam
sejumlah kader Golkar ikut menyukseskan pasangan SBY-JK. Setelah JK
terpilih menjadi Wapres, maka kursi Ketua Umum Golkar direbut oleh JK.
“Kalau melihat prediksi ini, dalam
konteks pertarungan strategi politik bisa kita katakan Golkar
pemenangnya. Mereka pada akhirnya bisa masuk ke kubu Jokowi, tetapi juga
ada dalam kubu Prabowo. Mau Jokowi ataupun Prabowo yang memenangkan
Pilpres, Golkar tetap akan masuk dalam pemerintahan mendatang,” katanya. [gir/jpnn]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar