Senin, 19 Mei 2014

2 Poros, Jokowi Untung Prabowo Buntung

Direktur Riset Saiful Mujani Research and Consulting ( SMRC), Djayadi Hanan mengatakan bergabungnya Partai Golkar ke poros calon presiden Prabowo Subianto membuat pemilihan umum calon presiden hanya berjalan satu putaran. Akan ada dua pasangan calon nanti yakni Joko Widodo-Jusuf Kalla dan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
Jokowi-Kalla diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai NasDem, Partai Kebangkitan Bangsa, dan Partai Hati Nurani Rakyat. Sedangkan poros Prabowo-Hatta Rajasa diusung Partai Gerakan Indonesia Raya, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Amanat Nasional, Partai Keadilan Sejahtera, dan Partai Golkar.
"Sedangkan Demokrat menyatakan netral maka tak akan ada poros ketiga," kata Djayadi saat dihubungi Tempo, Senin, 19 Mei 2014.
Menurut dia, dengan kondisi itu kubu Jokowi-JK diuntungkan sebab berdasarkan survei SMRC pada April 2014, sekitar 50 persen pendukung Demokrat akan menyokong Jokowi. Hanya sekitar 30 persen yang mendukung Prabowo-Hatta. "Itu jika tak ada instruksi dukungan dari Ketua Umum Demokrat (Susilo Bambang Yudhoyono) untuk mendukung Prabowo-Hatta."
Djayadi pun berpendapat, sebaliknya dukungan Golkar ke Gerindra sepertinya tak banyak mendongkrak elektabilitas Prabowo-Hatta. Berdasarkan survei bulan April lalu, hanya sekitar 27 persen pemilih Golkar yang akan mencoblos Prabowo-Hatta. Pasalnya, banyak pemilih Golkar yang ingin partai berlambang beringin tersebut merapat ke kandang banteng. "Pemilih Golkar terutama di Sulawesi banyak dukung Jusuf Kalla," katanya.
Hari ini, PDIP mengumumkan bahwa Jusuf Kalla calon wakil presiden pendamping Joko Widodo. Keputusan tersebut di deklarasikan PDIP, Nasdem, PKB, dan Hanura di Gedung Djoang, Menteng Jakarta Pusat. Sementara itu, Prabowo Subianto mendeklarasikan Hatta Rajasa sebagai cawapresnya di Rumah Polonia, Jakarta Timur. Dalam deklarasi tersebut, Partai Golkar pun menyatakan dukungan mereka ke Prabowo-Hatta.  [Indra Wijaya/tempo]

1 komentar:

  1. Apakah pak prabowo itu tegas??? iya karena dia militer, jika tidak tegas disuruh push up sama seniornya... mohon maaf.. ketegasan itu bukan dilihat dari gaya bicaranya, bukan dari gaya pidatonya.. tapi dari tindakan dan keputusan yang dibuat saat jadi pemimpin. Contoh : Kasus Lurah Lenteng Agung .. lihat betapa TEGASNYA pak Jokowi.. dia tidak takut dengan ancaman dan demo-demo yang ada, tapi apakah beliau banyak bicara, ...tidak!! tapi tindakan dan perbuatannya menunjukkan ketegasan itu. Maka janganTERTIPU dengan penampilan, perawakan dan kepandaian orasi

    BalasHapus