Partai Golkar (PG) dinilai memainkan skenario politik seperti pada
pemilihan presiden (Pilpres) 2004 lalu untuk Pilpres 2014, 9 Juli
mendatang. Pada Pilpres 2004 lalu, secara formal Golkar mengusung
pasangan Wiranto dan Salahudin Wahid. Namun diam-diam Golkar juga ikut
menyukseskan pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Jusuf Kalla
(JK).
Pada Pilpres 2014, secara formal Golkar mendukung pasangan Prabowo
Subianto dan Hatta Rajasa.
Namun secara diam-diam Golkar juga pasti
mendukung pasangan Joko Widodo (Jokowi) dan JK. Alasannya, JK adalah
kader senior Partai Golkar.
"Skenario politik yang dimainkan oleh JK dan Golkar persis seperti
yang mereka praktikan pada Pemilu 2004 lalu, yaitu politik dua kaki,"
kata Direktur Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma), Said
Salahuddin di Jakarta, Senin (19/5).
Ia menjelaskan dalam konteks pertarungan strategi politik, Golkar
adalah pemenangnya. Golkar pada akhirnya bisa masuk ke kubu Jokowi,
tetapi juga ada di dalam kubu Prabowo. "Mau Jokowi ataupun Prabowo yang
memenangkan Pilpres, Golkar tetap akan masuk dalam pemerintahan
mendatang," ujarnya.
Dia juga mengemukakan mengapa Jokowi akhirnya memilih JK daripada
Ketua KPK Abraham Samad. Pertama, karena lobi dan dukungan politik
pendukung JK kepada Megawati lebih kuat daripada Samad.
Kedua, JK juga lebih siap dibandingkan Samad dalam soal pendanaan
Pilpres, karena dia adalah pengusaha besar dan didukung pula oleh
sejumlah konglomerat, sementara Samad duitnya cekak dan cenderung
dimusuhi oleh konglomerat. Ketiga, poros PDIP memperhitungkan kelebihan
lain yang dimiliki oleh JK terkait peluang bagi mantan wapres itu untuk
menarik dukungan Golkar di parlemen apabila Jokowi-JK memenangkan
Pilpres. [beritasatu]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar