Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie alias Ical disebutkan sudah mulai bersikap realitistis dengan hanya menargetkan posisi bakal calon wakil presiden dengan berduet dengan bakal capres dari Partai Gerindra, Prabowo Subianto. Namun, niat Ical ini mendapat tentangan yang menginginkan nama baru untuk diusung sebagai bakal cawapres.
Tokoh senior Partai Golkar, Zainal Bintang menuturkan pada Senin (28/4/2014) lalu, Ical mengumpulkan pengurus Dewan Pimpinan Daerah (DPD) I Partai Golkar di kediamannya. Dia meminta dukungan untuk tetap maju sebagai capres.
"Pada saat pengurus DPD I itu meminta supaya ARB (Ical) legowo untuk mundur saja sebagai Cawapres," ujar Zainal, Jumat (2/5/2014).
Ical, ujar Zainal, sempat bertanya apa kesalahannya kepada pengurus daerah Golkar.
Ical membandingkan saat Jusuf Kalla pada 2009 tetap maju sebagai capres meski Golkar kalah dari Partai Demokrat.
Setelah polemik terjadi, Zainal mengaku menerima informasi bahwa Ical bersedia turun target menjadi cawapres bagi Prabowo Subianto.
"Akan tetapi, tentu saja keinginan dia itu akan mendapat tantangan dari petinggi Golkar. Intinya karena dia gagal menjadikan Golkar sebagai peraih suara terbanyak pada Pileg yang lalu, maka konsekuensinya Ical harus mundur," ujar Zainal.
Zainal menambahkan, internal Golkar saat ini menginginkan agar partainya lebih fokus mengincar posisi RI 2 dan berkoalisi dengan Joko Widodo atau Prabowo. Dia memastikan perebutan posisi RI2 itu akan menjadi incaran Akbar Tandjung, Jusuf Kalla (JK), Luhut Panjaitan, dan Priyo Budi Santoso.
Selama ini, pencalonan Ical terus digoyang oleh internal partainya. Penyebabnya, elektabilitas Ical yang tak juga bisa menyaingi Prabowo atau Jokowi. Penolakan semakin kencang saat para tokoh senior Golkar, Jusuf Kalla, Akbar Tandjung, dan Luhut Panjaitan menyatakan siap menjadi calon wakil presiden. Luhut bahkan menyatakan dukungannya kepada bakal capres PDI-P, Jokowi. [kompas]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar