Pernyataan Rhoma Irama tentang naiknya suara Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) karena Rhoma effect dinilai hanya sebatas klaim. Pasalnya, hal yang tak bisa ditampik dengan naiknya suara PKB adalah faktor Rusdi Kirana.
Menurut Direktur Riset Maarif Institute for Culture and Humanity, Ahmad Fuad Fanani, kehadiran Rhoma di internal PKB tidak membawa efek signifikan. Fanani menyebut Rusdi Kirana dengan dengan dukungan dananya justru telah mengerek suara PKB di pemilu legislatif (pileg) 9 April lalu.
"Yang ngefek itu sesungguhnya kehadiran Rusdi Kirana karena telah mengerahkan dananya untuk menyukseskan PKB. Bang Rhoma kan artis dangdut yang dibayar," kata Fanani kepada wartawan, di gedung DPD, komplek Parlemen, Senayan Jakarta, Jumat (2/5/2014).
Lebih lanjut Fanani mengatakan, Jokowi effect pun sebenarnya belum terbukti. Sebab, perolehan suara PDIP setelah mendeklarasikan Jokowi sebagai calon presiden tidak melonjak signifikan.
Fanani menambahkan, efek figur yang paling nyata dalam sejarah pemilu era reformasi adalah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada 2004. "Beda dengan Partai Demokrat di tahun 2004, sebagai pendatang baru, Demokrat belum mencapai 10 persen suara. Tapi karena SBY berani nyapres, maka jadi presiden,” ulasnya. [fas/jpnn]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar