NasDem dan PKB sudah resmi menyatakan dukungan pencapresan Joko Widodo.
Dua partai lain, Hanura dan Golkar, juga mulai merapat. Koalisi gemuk
ini bisa menjamin pemerintahan ke depan bakal berjalan lancar?
Pengamat
politik Arya Fernandez menganalisa jika PDIP bakal sulit menolak
seandainya Hanura dan Golkar memutuskan ikut bergabung dengan Jokowi.
Pasalnya, Partai Gerindra yang mengusung Prabowo Subianto sebagai calon
presiden juga terus melakukan manuver.
"Saya tidak yakin jika
tidak ada proses tawar menawar. Tidak mungkin tidak ada kompensasi,
istilahnya tidak ada makan siang yang gratis," jelas Arya saat
dihubungi, Jumat (16/5/2014).
Dengan semakin banyaknya parpol
yang bergabung, kekuatan untuk mengusung Jokowi juga sebenarnya semakin
besar. Mesin-mesin partai semakin banyak yang bekerja.
Namun jika
tidak jeli, nasib Jokowi dan PDIP, seandainya menjadi pemenang Pilpres,
bukan jaminan lolos dari sandera. Partai Demokrat dalam pemilu 2009
lalu menjadi buktinya.
Dengan menggandeng banyak parpol, toh
pemerintahan SBY-Boediono tidak pernah luput dari kritikan parpol
pengusung. Hal yang mungkin saja bakal bisa dialami oleh siapapun juga
dalam pemilu ini.
"Tahun pertama memang segalanya baik, tahun
kedua mulai ada gejolak, ketiga mulai liar. Tidak ada jaminan
pemerintahan yang diusung banyak parpol tidak akan goyah," tandasnya.
Sementara
itu Wasekjen PDIP, Eriko Sotarduga menegaskan tidak ada ajang bagi-bagi
kursi dalam koalisi partainya dengan PKB dan NasDem. Eriko menjamin,
kerjasama ini akan berlangsung untuk lima tahun ke depan.
Eriko
sendiri mengakui jika koalisi dengan banyak partai belum tentu
pemerintahan bisa berjalan lancar. Namun dengan komitmen yang ada
sekarang ini, Eriko yakin jika prediksi gejolak yang ada, bisa diredam.
"Tapi kalau kita berkoalisi dengan rakyat untuk kepentingan, kebaikan rakyat, kita meyakini akan didukung," tandasnya. [detik]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar