Lambannya PDI Perjuangan menentukan pendamping Joko Widodo untuk maju dalam pemilihan presiden (Pilpres) pada Juli mendatang menyiratkan alotnya negosiasi di tubuh partai berlambang moncong putih itu. Negosiasi itu baik di kalangan internal partai maupun antara PDI Perjuangan dengan partai koalisi, Partai PKB dan Nasdem.
Sejumlah tokoh yang digadang-gadang tampaknya belum membuat Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri merasa sreg dan nyaman.
Bahkan, tokoh sekaliber Jusuf Kalla (JK), politisi yang sangat berpeluang mendampingi Jokowi dibanding tokoh-tokoh lainnya, tak membuat Megawati bergeming.
Pengamat Pasar Modal Muhammad Ma’ruf melihat bahwa proses alotnya negosiasi ini membuat pasar sedikit ‘goyang’. Meski sempat bereaksi positif atas penetapan Jokowi sebagai calon presiden, pasar kembali wait and see menunggu alotnya penentuan calon pendamping Jokowi. “Proses yang lama ini harus menghasilkan keputusan yang membuat pelaku pasar bernapas lega,” ujar Ma’ruf saat dihubung wartawan pada Kamis (15/5/2014). “Jika tidak, pasar akan bereaksi sangat negatif.”
Menurut Ma’ruf, jika JK tertolak dalam bursa cawapres, PDI Perjuangan bersama partai Koalisinya harus segera mencari tokoh pengganti JK. “Ya minimal kriterianya sama seperti JK, seorang pengusaha yang sekaligus punya pengalaman di birokrasi atau pemerintahan,” ujarnya. “Saya melihat kriteria itu ada pada sosok MS Hidayat,” tambahnya.
Ma’ruf, yang juga CEO pialang.com, bukan tanpa alasan menyebut nama menteri perindustrian itu. “Banyak terobosan yang telah dilakukan Pak Hidayat baik saat menjabat Ketua Umum Kadin maupun menempati posisi menteri perindustrian,” ujarnya. “Ini yang membuat kapabilitas dan pengalaman Pak Hidayat telah teruji dengan baik,” tambahnya.
Meski bukan berasal dari kalangan militer, kata Ma’ruf, dengan jaringan di kalangan pengusaha dan birokrat serta dukungan Partai Golkar, akan mempercepat tingkat popularitas MS Hidayat. MS Hidayat bisa memaksimalkan momentum saat ini seperti ketika JK berhasil memenangkan pilpres bersama SBY pada tahun 2004.
“Saat itu banyak yang meragukan JK. Namun JK bisa membalikkan semua keraguan itu dengan kerja keras dan menunjukkan kemampuan menyelesaikan seabrek persoalan negara dengan cepat dan secara elegan serta memiliki kemampuan mendistribusikan tanggung jawab secara baik kepada timnya,” ujarnya. “Pak Hidayat bisa memaksimalkan kondisi saat ini.”
Ma’ruf menggarisbawahi adanya tim yang solid yang harus mendukung MS Hidayat jika terpilih menjadi pendamping Jokowi. Modal ini yang akan mempengaruhi reaksi pasar, apakah cenderung positif atau negatif. Pasar itu sangat rasional. Pertama yang dilihat adalah sosok capresnya kemudian baru cawapres yang didukung dengan tim sukses di belakang mereka. “Saya melihat, Pak Hidayat akan semakin memperkuat posisi Jokowi. Ini modal kuat yang akan membuat pasar bereaksi positif,” ujarnya.
Ekonom CSIS Pande Raja Silalahi mengamininya. Ia menilai positif jika PDIP Perjuangan memilih MS Hidayat sebagai calon alternatif jika JK tertolak dalam bursa cawapres. “Saya pikir, pasar juga akan bereaksi positif jika Pak Hidayat yang terpilih mendampingi Jokowi,” ujarnya.
Ini terkait dengan posisi MS Hidayat yang cukup strategis dimana dia mengendalikan sektor industri yang menjadi poin penting dalam pemerintahan mendatang. Apalagi, “Pak Hidayat adalah seorang pengusaha yang saat ini masuk ke pemerintahan. Tentu beliau telah memahami birokrasi dan cara memimpin negara,” ujarnya.
Meski demikian, Pande memberi catatan bahwa MS Hidayat masih harus tampil lebih intens lagi, jika PDI Perjuangan memilihnya. “Masih ada waktu 1,5 bulan untuk meningkatkan elektabilitasnya. Dengan jaringan yang dimilikinya, itu bukan hal sulit bagi Pak Hidayat,” ujarnya. [tribun]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar