Capres PDIP Joko Widodo (Jokowi) selalu mencium tangan Ketua Umum
PDIP Megawati Soekarnoputri jika keduanya saling bertemu di setiap
kesempatan. Hal ini yang dinilai dapat menimbulkan persepsi negatif di
publik. Misalnya, muncul anggapan bahwa Jokowi capres boneka.
Pengamat
Komunikasi Politik dari Universitas Pelita Harapan (UPH) Emrus
Sihombing yang selalu mengeritik Jokowi, kali ini tak lupa cuap-cuap kembali mengeritik figur dan calon
orang nomor satu terkuat di Indonesia. Untuk menghindari persepsi yang
macam-maca di publik, dia menyarankan agar Jokowi menghilangkan sopan-santu, budaya cium tangan Megawati
itu harus dihilangkan.
"Karena akan memunculkan persepsi di mata
publik. Bisa dipersepsikan macam-macam oleh masyarakat. Karena itu, dia
kan mencalonkan jadi presiden RI, posisinya lebih tinggi, alangkah
idealnya itu tidak dilakukan lagi," saran Emrus saat berbincang dengan
merdeka.com, Rabu (28/5/2014).
Menurut dia, paling tidak budaya cium
tangan dengan Mega itu tidak dilakukan di area publik untuk menghindari
stigma negatif. Hal tersebut tidak mengurangi rasa hormat kepada
Megawati.
"Dalam teori komunikasi, cium tangan itu kan lambang
non verbal, lambang menurut komunikasi tidak bermakna, manusia yang
memberikan makna. Di kepala manusia muncul macam-macam, artinya tidak
salah orang memaknai (cium tangan Jokowi) sebagai sesuatu yang manut,
tunduk. Tapi juga bisa diartikan menghormati orangtua," tutur dia.
Dalam
kontestasi politik yang semakin panas seperti sekarang ini, karena itu
Emrus menyarankan kepada Jokowi agar menghentikan cium tangan itu.
"Jangan sampai perilaku perbuatan ucapan bisa menimbulkan persepsi dari
publik karena semua harus dikelola dengan baik," jelas dia.
Walaupun
dia mengaku bisa memaklumi Jokowi mencium tangan Megawati yang
dianggapnya sebagai orangtua. Sebab Jokowi orang yang kental dengan
budaya Jawa yang dikenal sopan dan santun.
"Dia adalah orang yang
memegang budaya Jawa, sehingga hormat dengan orang yang lebih tua. Itu
saya pikir perilaku spontanitas sebagai orang berbudaya lembut dan
menghormati orang yang lebih tua," ujar Emrus. [did/merdeka]
Bagi kami itu wajar..kalian aja yg slalu merasa lbih baik dr jokowi
BalasHapusNah sdh terbukti kan omongan Pak Jokowi bahwa pendidikan budi pekerti itu penting ada dr mulai SD (80%), SMP (50%) dan SMA (20%) bahkan sebaiknya khusus buat seorang dosen sprti Pak Emrus perlu diberikan pendidikan budi pekerti tingkat lanjutan sebanyak 80%.
BalasHapus