Dua pasangan capres cawapres sama-sama mengusung ekonomi kerakyatan
sebagai visi mereka jika terpilih dalam pilpres mendatang. Meski
demikian, terdapat perbedaan mendasar ekonomi kerakyatan yang diusung ,
Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK), dan Prabowo Subianto-Hatta
Rajasa.
Menurut Jenderal TNI (Purn) Luhut Panjaitan, sejak masih menjadi
pengusaha furnitur hingga menjabat Gubernur DKI Jakarta, Jokowi sudah
berbaur dengan rakyat dan tetap merakyat. Dengan demikian,
kebijakan-kebijakannya menyentuh langsung pada rakyat.
Sementara ekonomi
kerakyatan yang digemborkan oleh pasangan calon lainnya masih merupakan
wacana.
"Jokowi sendiri sudah rakyat dan merakyat, yang lain kan masih
wacana. Dia sudah tahu dan melaksanakan ekonomi kerakyatan. Ekonomi
kerakyatan Jokowi lahir dari hati, sementara yang lain dari omongan
saja. Sederhananya, apakah yang lain pernah merakyat?" kata Luhut saat
menyambangi Posko Relawan Keluarga Pasar Rakyat Indonesia (Rela RI) di
Kayu Putih, Pulogadung, Jakarta Timur, Rabu (28/5/2014).
Sosok yang merakyat diakui Luhut menjadi salah satu alasannya
mendukung Jokowi. Luhut menuturkan, mengenal Jokowi sejak masih menjadi
pengusaha. Meski seorang pengusaha, Jokowi tak sungkan mengajaknya untuk
makan di rumah makan yang ada di sisi jalan.
"Sangat merakyat. Kalau saya ke Solo, dia jemput dengan mengendarai
mobilnya sendiri dan ajak ke restoran di pinggir jalan," tutur mantan
Menteri Perindustrian dan Perdagangan itu.
Sosok Jokowi yang dikenalnya tidak berubah meski telah menjabat
sebagai Gubernur DKI Jakarta. Saat bertemu dengan Ketua Umum Partai
Golkar, Aburizal Bakrie di Pasar Gembrong, Jakarta Pusat, Jokowi tak
merasa risih untuk dekat dengan rakyat.
"Jokowi sosok merakyat yang dibutuhkan masyarakat. Bukan presiden
yang feodal. Begitulah, saya katakan, Jokowi ini presiden rakyat,"
ungkap Luhut yang saat ini menjadi Pengarah Tim Kampanye Jokowi-JK.
Dengan sikapnya yang merakyat dan santun, tutur Luhut, Jokowi mampu
mengatasi berbagai persoalan tanpa harus perang urat syaraf, seperti
yang dibuktikannya dalam menyelesaikan persoalan di Pasar Tanah Abang.
Meski merakyat, Luhut meyakinkan, Jokowi bukanlah sosok yang lemah. Jika
merasa yakin, Jokowi akan berjuang dan teguh.
"Kalau sudah firm Jokowi tidak takut," tegasnya.
Selain itu, Luhut mengatakan, keputusannya untuk mendukung pasangan
Jokowi-JK lantaran pasangan ini berkomitmen untuk tidak melakukan
politik transaksional. Menurutnya, politik transaksional sudah harus
ditinggalkan karena merusak alam demokrasi.
"Idealisme Jokowi-JK bagus karena tidak mau transaksional jabatan
atau uang. Ini warisan yang bagus untuk generasi mendatang," jelasnya. [beritasatu]
Btl Pak Luhut, tak beda dg slogan iklan minyak angin bayi "Buat anak koq ciba2". Kalau ini, "Urus Rakyat dan Negara yg amburadul koq mau ciba2!"
BalasHapusKelemahan Pak Jokowi hanya terlihat beliau tdk berpengalaman sbg ketua RT/RW, kepala desa, menteri, presiden/wapres. Karena beliau berpengalaman sbg pengusaha, walikota 2 kali dan gubernur saja. Sedangkan yg lain berpengalaman nol alias kosong di eksekutif.