Partai-partai pemenang Pemilu Legislatif 2014 melalui penghitungan cepat kini masih terus mencari pasangan koalisi dan calon yang pas untuk dijadikan calon wakil presiden.
Pengamat LIPI Indria Samego menyayangkan 'perjodohan' yang kerap terkesan 'memaksa'. "Idealnya seperti di Amerika, harus dari partai yang sama sehingga ada chemistry karena sudah berjuang bersama semenjak di partai. Tapi di sini kan susah, dapat 20% saja susah. Makanya di sini calon harus punya chemistry, punya kesamaan satu dengan yang lain," ujar Indria dalam diskusi bertajuk Kawin Paksa, Hancurkan Bangsa, di Pisa Kafe Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (22/4/2014).
Ditambahkan Indria, antara presiden dan wakilnya juga harus saling berimbang dan mengisi satu sama lain. Ia mencontohkan apa yang terjadi dalam pemerintahan DKI Jakarta, Jokowi dan Basuki Tjahaja Purnama yang saling mengisi.
Hal yang sama juga diamini Direktur Cyrus Hasan Hasbi. Menurutnya, chemistry sangat penting buat perjodohan presiden dan wakil presiden.
Di luar chemistry, antara presiden dan wakil presiden harus memiliki visi misi dan karakter yang sama agar tidak lagi terjadi hanya 1-2 bulan akur, sisanya wakil hanya dijadikan ban cadangan.
"Dalam 10 tahun terakhir, kepala daerah dan wakilnya biasanya akur dua bulan pertama, sisanya tidak. Hanya jadi ban serep tanpa kewenangan sama sekali. Kami berharap presiden dan wakil presiden nanti tidak seperti itu. Tidak hanya dicocok-cocokkan, kita juga harus tahu atas dasar apa dijodohkan, apa mereka punya chemistry, punya visi misi yang sama?" tutupnya.[Pri/metrotvnews]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar