Partai Golkar dinilai lebih memungkinkan berkoalisi dengan Partai
Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) ketimbang Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan (PDI-P). Dengan demikian, Golkar diharapkan mendukung calon
presiden (capres) Gerindra, Prabowo Subianto. Sebab, capres PDI-P Joko
Widodo (Jokowi) enggan membangun koalisi dengan berbagi jabatan.
"Tidak ada harapan untuk Golkar memenangkan sendirian pemilihan
presiden dan wakil presiden (pilpres) 2014. Belum ada nama yang bisa
menyaingi popularitas Jokowi dan Prabowo.
Paling mungkin memang, Golkar
bergabung dengan kubu Prabowo ketimbang Jokowi," kata pengamat politik
dari Universitas Indonesia Boni Hargens di Jakarta, Selasa (22/4/2014).
Golkar, masih kata Boni, berpeluang mengusung Akbar Tanjung atau
Priyo Budi Santoso untuk mendampingi Prabowo. Karena itulah, lanjut dia,
Golkar mesti terlebih dahulu mengevaluasi capres sekaligus ketua
umumnya yakni Aburizal Bakrie (ARB).
"Wacana evaluasi kembali pencapresan ARB krusial untuk Golkar.
Berbarengan dengan pencapresan ARB segera dievaluasi, maka Golkar harus
merumuskan jalan alternatif untuk selamatkan gerbong beringin di masa
depan," ujarnya.
Dia berpendapat, Golkar dapat mengganti figur ARB dengan tokoh lain
yang lebih elektabel, diterima publik, dan bisa membangun partai.
"Penyusutan suara dalam Pemilu 2014 menjadi ancaman bagi masa depan
Golkar persis ketika pada saat yang sama, partai baru muncul dan menguat
secara spektakuler. Lama-lama golkar bisa jadi partai gurem," ucapnya.[beritasatu]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar