Direktur Eksekutif Cyrus Network (Lembaga ini berafiliasi ke Partai Gerindra), Hasan Hasbi A menilai apabila duet
Joko Widodo-Jusuf Kalla dipaksakan maka orang yang seharusnya memegang
otoritas tertinggi malah bisa menjadi yang kedua.
"Jokowi cocok dengan JK atas dasar apa dicocokkan, apakah mereka punya chemistry
yang sama, atau orang yang seharusnya memegang otoritas tertinggi
malah menjadi yang kedua," ujar Hasan Hasbi A dalam diskusi "Kawin
Paksa, Hancurkan Bangsa" di Jakarta, Selasa (22/4/2014).
Menurut Hasbi, Jusuf Kalla adalah senior yang memiliki berbagai
pengalaman dalam bidang apa pun yang luar biasa. JK pernah menjadi
wakil presiden, mantan Ketua Umum Partai Golkar, dan sekarang Ketua
Palang Merah Indonesia.
"Orang seperti Pak JK buat saya seharusnya menjadi mentor bagi siapa
pun presidennya bukan berburu jabatan, siapa pun presidennya maka JK
bisa menjadi mentor bagi presiden terpilih," ujar dia.
Jadi, lanjutnya, jangan lagi ada pihak-pihak yang memaksa JK untuk
berburu jabatan. Karena kalau JK kalah maka tidak dipakai lagi padahal
padahal ilmunya sangat dbutuhkan bagi bangsa Indonesia. "Kalau partai A
dan B koalisi dan kemudian tokoh ini terpaksa dipasangkan, apakah ini
bisa adaptasi, kan belum tentu," kata dia.
Kalau dilihat dari segi karakter, Jokowi adalah orang yang suka
turun ke lapangan sehingga pendampingnya itu harus berani untuk tidak
muncul di lapangan yaitu berada di kantor untuk mengurusi masalah
administrasi maupun keuangan.
"Kalau yang satu udah keluar maka ada satu yang di kantor jaga
gawang, masalah administrasi. Untuk Jokowi, wapresnya harus ada orang
yang berani untuk tidak muncul di lapangan. Kalau dua-duanya sama-sama
menonjol maka itu karakternya tidak cocok," kata dia.
Selain itu, ia mengutarakan, karakter cawapres Jokowi tak mengenal
kata kompromi, sedikit lebih keras yaitu menjadi benteng bagi mantan
Walikota Solo tersebut di depan. "Dan juga ada karakter yang sedikit
keras, tanpa kompromi, harus ada benteng di depan seperti Wakil
Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)," ujar dia.
Jadi, ia mengatakan kombinasi seperti itu akan lebih berguna bagi
bangsa Indonesia jangan sampai memasangkan itu Jawa dipasangkan luar
Jawa, Sipil-Militer dan sebagainya. "Buat saya kombinasi seperti itu
akan berguna untuk bangsa jangan sampai memasangkan itu Jawa luar Jawa,
sipil militer. "Chemistry" itu nomor satu. Benar gas dan rem tapi
jangan sampai gas dan rem itu tidak punya chemistry," ujar dia. [republika]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar