Pertemuan capres PDIP Joko Widodo dengan Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar
Akbar Tandjung, Minggu malam tidak lepas dari kesiapan Akbar sebagai
cawapres dan kebutuhan Jokowi akan pendamping yang bisa memperkuat bukan
saja elektoral dalam pilpres Juli nanti, tapi juga pemerintahan bila
pasangan itu terpilih.
"Jokowi pasti sudah tahu rekam jejak dan pengalaman panjang Akbar
serta kemampuannya sebagai seorang tokoh dengan segala kelebihannya.
Sebaiknya proses komunikasi politik langsung itu dilanjutkan dengan
penetapan secara definitif Akbar sebagai pendampingnya," ujar Direktur
Riset Freedom Foundation, Muhammad Nabil, Senin (28/4/2014) menanggapi
pertemuan sangat akrab antara Jokowi dan Akbar di kediaman mantan Ketua
DPR itu.
Sesuai janji Jokowi, kata M Nabil, untuk membuat pemerintahannya
efektif jika menjadi presiden, maka pilihan kepada Akbar sangat tepat.
Akbar sebagai tokoh yang disegani berbagai kalangan, akan mudah
berkomunikasi dengan parlemen.
"Label Akbar sebagai figur dengan kekuatan Islam credensial/otoritas
dan kredibilitas, akan mampu menutup celah kelemahan dari sisi ideologis
keagamaan Jokowi," kata Nabil.
Mahasiswa Pascasarjana STF Driyarkara ini juga menjelaskan, duet
Jokowi-Akbar mewakili pasangan muda dan senior. Selain itu Akbar katanya
tidak punya konflik kepentingan dalam bisnis jika dibandingkan dengan
Jusuf Kalla.
"Kalo Jokowi terpengaruh dengan desakan banyak pengusaha bahwa JK
adalah cawapres yang pas, keliru. Justru memilih JK akan jadi blunder
besar bagi Jokowi," katanya.
Sementara itu menyinggung tingkat elektabilitas pasangan
Jokowi-Akbar, Nabil melalui lembaga yang dipimpinnya telah melakukan
survei beberapa kali. Untuk survei Feb-Maret 2014, pasangan Jokowi-Akbar
mendapat persentase yang tinggi yakni 46 persen.
Pada survei Maret April lalu, angka keterpilihan pasangan
Jokowi-Akbar turun sedikit menjadi 38 persen. Namun jika dibandingkan
pasangan Jokowi-Machfud MD atau Jokowi-Ryamizard Ryacudu, tetap pasangan
Jokowi-Akbar lebih tinggi perolehannya.
"Saya memperkirakan pasangan Jokowi-Akbar jika benar-benar
didefinitifkan, akan menang 60 persen suara dibanding capres Prabowo
dengan pasangannya atau Ical dengan cawapresnya," ujar Nabil. [tribunnews]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar