Senin, 28 April 2014

Drama Politik PPP, di Antara 'Cinta' Prabowo dan Jokowi

Meskipun perolehan suaranya tak signifikan di Pemilu 2014 namun PPP tetap bermanuver. Manuver politik PPP bak drama televisi yang berlinang air mata namun berakhir bahagia.
Ketum PPP Suryadharma Ali berjas hijau menghadiri kampanye akbar Partai Gerindra di Gelora Bung Karno pada 23 Maret lalu. Kala itu Suryadharma mengutarakan dirinya makin cinta kepada sosok capres Gerindra Prabowo Subianto.
"Gerindra telah memutuskan calon pemimpin yang tepat. Saya makin jatuh cinta pada Pak Prabowo!
Satu presiden untuk Indonesia Raya, presiden untuk kaum papa, untuk wong cilik, untuk nelayan, dan satu yang tak bisa dilupakan adalah presiden para kiai," kata Suryadharma yang diberi waktu pidato singkat di hadapan Prabowo dan ribuan simpatisan Gerindra di Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Minggu (23/3) lalu.
Siapa sangka pernyataan cinta Suryadharma ke Gerindra berujung panjang. Konflik internal PPP pecah, Elite PPP di bawah kepemimpinan Waketum Emron Pangkapi langsung menggoyang kepemimpinan Suryadharma. Konflik ini memakan korban Suryadharma memecat sejumlah elite PPP antara lain Waketum Suharso Monoarfa, Sekjen Romahurmuziy, dan 4 Ketua DPW yang dituding jadi biang kerok 'pemberontakan'.
Tak hanya itu saja, Suryadharma kemudian mengundang Prabowo ke Kantor DPP PPP di Jl Diponegoro, Jakarta Pusat. Prabowo dan Suryardharma kemudian menggelar konferensi pers. Prabowo pun memuji PPP yang berkomitmen mendukung pencapresannya tanpa meminta embel-embel apapun.
"Saya ingin menyampaikan pada kesempatan ini rasa haru saya atas kepercayaan yang disampaikan oleh Bapak Suryadharma Ali dan seluruh unsur pimpinan Partai Persatuan Pembangunan," ujar Prabowo dalam jumpa pers deklarasi dukungan di kantor DPP PPP, Jl Diponegoro, Jakpus, Jumat (18/4) lalu. Siapa sangka, dukungan PPP ke Prabowo itu tinggal kenangan manis.
Saat itu kubu pendukung Waketum Emron Pangkapi tak tinggal diam. Mereka melakukan perlawanan, menggelar Rapimnas, memberhentikan sementara Suryadharma Ali, dan menunjuk Emron Pangkapi jadi Plt Ketua Umum PPP. Tak hanya itu mereka juga menjadwalkan Mukernas untuk meminta pertanggungan jawab Suryadharma.
Di tengah konflik yang tengah memanas, Majelis Syariah PPP seolah muncul sebagai bidadari surga. Ketua Majelis Syariah Maimun Zubair mengeluarkan fatwa islah, juga menganulir semua keputusan Suryadharma memecat sejumlah elite PPP, termasuk juga mengkaji ulang arah koalisi PPP yang sudah condong ke PPP. Meski sambil berkaca-kaca, Suryadharma menerima juga keputusan tersebut.
Pertemuan islah pun digelar pada Selasa (22/4) malam itu juga, setelah fatwa islah dibacakan Majelis Syariah PPP pada siang harinya di forum Pleno PPP. Pada pertemuan itu kedua belah pihak menyepakati islah.
Singkat cerita kesepakatan islah kemudian dibawa ke arena Mukernas pada 23-24 April lalu. Mukernas kemudian menyepakati islah dan mengambil sejumlah keputusan antara lain membahas ulang rencana koalisi PPP dan mempercepat Muktamar untuk memilih ketum baru PPP. Sambil berlinang air mata, Ketum Suryadharma Ali pun menerima keputusan tersebut. Para petinggi PPP pun kemudian berpelukan dan bersalaman hangat, seolah tak pernah ada perpecahan.
Tak sampai sepekan Mukernas PPP diketok palu, PPP sudah melanjutkan episode drama politiknya. Adalah anggota Dewan Pembina Hamzah Haz didampingi Waketum Suharso Monoarfa yang bertandang ke rumah Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri di Jl Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (28/4/2014) tadi.
Tanpa tedeng aling-aling pertemuan itu membahas peluang koalisi PDIP-PPP mengusung Jokowi di Pilpres 2014. Baik Hamzah Haz maupun Suharso Monoarfa tak malu menyebut peluang koalisi PDIP-PPP terbuka lebar. Usai bertemu Mega, Suharso tak malu bilang bahwa PPP adalah parpol pertama yang mengusulkan Jokowi sebagai capres.
"Ada peluang untuk itu (koalisi). Berdasarkan Mukernas di Bandung, partai yang pertama kali mengusulkan Jokowi menjadi capres itu PPP," kata Suharso usai pertemuan dengan Mega.
Dari pihak PDIP, Ketua Bapilu Puan Maharani pun mengamini peluang koalisi ini. "Kami perlu menerima penjelasan itu, bukan tidak mungkin PDIP membuka pintu komunikasi politik dengan PPP. Ini bukan pertemuan pertama tapi akan jadi pengikat pintu kerja sama ke depannya nanti," kata Puan.
Lalu akankah PPP berkomitmen masuk koalisi pengusung Jokowi yang sudah diisi PDIP dan NasDem? Apakah PPP akan setia pada 'cinta kedua' setelah koalisi dengan Prabowo kemarin gagal ?  [detik]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar