Partai Demokrat saat masih belum memastikan akan berkoalisi dengan partai lain atau membentuk poros tersendiri. Namun jika partai besutan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu memilih menjadi oposisi, kepercayaan publik diyakini akan pulih.
"Peran oposisi memang strategis bagi Demokrat untuk membangun kembali kepercayaan publik untuk berbicara dalam kancah politik 2019," ujar Direktur Eksekutif PolcoMM Institute, Heri Budianto kepada detikcom, Senin (28/4/2014).
Namun menurutnya, tentu peran oposisi tersebut diambil jika skenario akhir Partai Demokrat gagal. Skenario akhir itu yakni mengusung capres atau cawapres dari peserta konvensi yang sudah dijalankan Demokrat.
"Sebaiknya upayakan bentuk cluster keempat di mana Partai Demokrat dan khususnya SBY bisa menjadi tokoh sentral yang memainkan itu," imbuhnya
Dosen komunikasi politik Universitas Mercu Buania ini juga mengatakan, jika SBY melakukan gerilya politik dan membangun poros baru, maka peluang untuk terwujud akan besar. Partai yang kemungkinan akan merapat adalah PKS, PAN dan bahkan PKB jika deal PKB dengan cluster PDIP dan atau Gerindra gagal.
"PKS dan PAN akan lebih senang merapat ke Demokrat jika SBY membangun cluster baru," katanya.
Jika terwujud maka langkah berikut adalah membicarakan siapa yang akan diusung sebagai capres dan cawapresnya.
"Tokoh yang diusung bisa saja dari Demokrat salah satu dari peserta konvensi, atau PAN Hatta Rajasa sebagai capres lalu dari PKS sebagai cawapres,"lanjut dia.
Tentu pasangan capres dan cawapres tersebut yang memiliki tingkat elektablitas tinggi dan memiliki basis dukungan riil.
Basis dukungan riil ini adalah massa pemilih yang jelas misalnya dari NU dan Muhammadiyah. Sebab ini akan sangat membantu dalam kontestasi pilpres dalam melawan Jokowi, ARB, maupun Prabowo Subianto.
"Jika kalah dalam pilpres setelah melalui cluster keempat, pilihan oposisi adalah pilihan ksatria bagi Demokrat," pungkas Heri. [detik]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar